Friday, October 24, 2008

Jangan Aktifkan Ponsel di Pesawat

Jangan Mengaktifkan Ponsel di Pesawat

Kami sudah mencoba mengedit dan memperhalus isi tulisan yang bernada jengkel dan agak emosional ini, walau di sana-sini masih terasa adanya aroma kejengkelan atas ulah beberapa orang di antara kita, karena pentingnya, tulisan ini tetap di muat di sini. Semoga kita semua peduli terhadap keprihatinan penulis artikel ini dan bertindak dengan lebih dewasa, bertanggng jawab, beradab, bukan masa bodoh, bersikap kekanak-kanakan dan hanya mementingkan diri sendiri. (He, he, he..., ikut emosi nih!). Seharusnya yang berwenang lebih gencar membangkitkan kesadaran tentang hal berikut ini.


Orang Indonesia High-Class, Tapi tidak mengerti bahasa Indonesia????

Saya sedih kalau ingat terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.

Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat, disamping saya duduk seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, di mana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena itu bukan tugasnya.

Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dia adalah Supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya, tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunaka HP di dalam ruangan mesin turbin. Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin langsung mati.

Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa di atas, kalau saya tidak salah mendengar, mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah-mudahan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat. (KOMPAS)

Kita ini memang High class. Handphone-nya mahal, transportasi pakai pesawat. Tapi minta ampun bodohnya. Ada yang tidak tahu kenapa larangan itu dibuat, ada yang tahu tapi tetap tak peduli. Kita harus selalu belajar dengan cara yang keras.


Buat yang belum tahu

Buat yang belum tahu, kenapa tidak boleh mengaktifkan handphone di pesawat, berikut penjelasannya:

Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru “take-off” dari Lanud Polonia-Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti.

Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel, telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System), ponsel merupakan kontributor cukup besar pada keselamatan penerbangan. Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan ponsel. Mungkin informasi di bawah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terlebih yang sering menggunakan jasa pesawat terbang.


Contoh kasusnya antara lain:

Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja “take-off” dari bandara Zurich, Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.

Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.Add Image

Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang “final approach” untuk “landing” di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).


Bagaimana dengan di Indonesia?

Begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan. Para”pelanggar hukum” itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance) terhadap kenyamanan orang lain.

Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan ponsel, di samping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.


Berikut merupakan beberapa bentuk gangguan yang terjadi di pesawat:

Arah terbang melenceng, Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu, Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, gangguan sistem navigasi, gangguan frekuensi komunikasi, gangguan indikator bahan bakar, gangguan sistem kemudi otomatis, semua gangguan di atas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game, gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy. Semua informasi di atas bersumber dari ASRS.

Dengan melihat daftar gangguan di atas kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi juga ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel. Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.

Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta). (Varis/pertamina)

Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?

Bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang.
Semoga suatu hari kita bisa sedikit lebih pintar.

----------



No comments: