Tuesday, November 4, 2008

Prana dan Spiritualitas


PENYEMBUHAN DENGAN PRANA DAN PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS


Oleh : Ir. Herman Wilianto MSP. PhD

I. Siapa yang dapat melakukan penyembuhan dengan Tenaga Prana?

Pertanyaan ini mudah dijawab; setiap orang berpotensi untuk dapat menyembuhan dengan tenaga prana. Bukan hanya the chosen one? Bukan hanya orang suci, pendeta, kiai, biksu, pastur atau pertapa vegetarian. Orang biasa yang banyak dosanya, pemakan babi yang energinya kotor, bahkan orang yang tak pernah beribadahpun dapat belajar menyembuhkan dengan tenaga prana. Terima kasih kepada GrandMaster Choa Kok Sui yang telah mendesain teknik penyembuhan tenaga prana yang mudah dipelajari oleh kebanyakan orang! Sungguh besar dampak teknik penyembuhan dengan tenaga prana ini terhadap kesehatan masyarakat dunia! Betapa banyak sudah penderitaan dan rasa kesakitan yang diringankan oleh penyembuhan dengan tenaga prana! Thank God! Thank Grand Master Choa Kok Sui!

Dulu banyak orang beranggapan bahwa penyembuhan metafisik seperti penyembuhan dengan tenaga prana yang tak terlihat ini hanya bisa dilakukan oleh orang suci, pendeta, kiai, biksu atau orang baik dan berbakat saja. Anggapan ini tidak seluruhnya salah. Memang untuk dapat menyembuhkan dengan tenaga prana tidak ada persyaratan moral khusus, seperti harus orang baik-baik! Tapi dalam pelatihan prana tingkat dasar disampaikan Hukum Karma dan Peraturan Emas untuk pembinaan karakter para pranic healer. Hal tersebut disampaikan, selain dimaksudkan untuk menghindari penyalah-gunaan teknik prana, sebenarnya juga dimaksudkan agar kemampuan penyembuh berkembang terus. Mengapa? Karena memang kemampuan penyembuhan dengan tenaga prana terkait dengan perkembangan spiritualitas penyembuh. Untuk penjelasannya kita telusuri dulu asal tenaga prana; dari mana sumber energi kehidupan ini? Dari Sang Pencipta Kehidupan tentunya.

Lalu bagaimana meningkatkan kemampuan menyembuhkan dengan tenaga prana atau kemampuan kita menyalurkan energi kehidupan ini? Tentu ada teknik dan ketrampilan yang harus dilatih, serta persyaratan kondisi diri penyembuh yang harus dipenuhi. Akhirnya penyembuh akan menyadari bahwa kesadaran akan ke-Ilahiannya, spiritualitasnya atau kesatuan dengan Sang Pencipta akan meningkatkan kemampuannya menyembuhkan dengan tenaga prana, karena tenaga prana berasal dari Sang Pencipta Kehidupan. Berikut ini akan diuraikan satu-persatu.

II. Dari Mana Asal Tenaga Prana?

Tenaga prana terdapat dalam tubuh manusia dan diserap dari udara lewat cakra-cakra maupun pernafasan. Prana juga diperoleh dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kita juga dapat menyerap energi prana dari pohon dan bumi, bahkan dari bulan, matahari dan bintang-bintang!

Tapi pertanyaan lebih lanjut; Dari mana asal tenga prana makanan, udara, pohon, bumi, bulan, matahari dan bintang-bintang tersebut? Seperti namanya – energi kehidupan –, prana berasal dari Sang Pencipta Kehidupan yang sering kita sebut Allah atau Tuhan, di Cina disebut Tao. Perlu dicatat disini bahwa Allah atau Tuhan tidak identik dengan energi prana. Tuhan sebagai asal-muasal alam semesta adalah pencipta energi prana, energi kehidupan.

Juga jangan bayangkan Allah berwujud sebagai manusia atau naga atau bahkan monyet! Karena Tuhanlah yang memberi energi kehidupan pada tubuh fisik manusia maupun monyet. Jadi Tuhan bisa berwujud apapun. Oleh karena itu kita bisa mengatakan bahwa Tuhan sebenarnya tak berwujud atau berbentuk karena bisa menjadi bentuk apapun.

Menurut Zen Buddhism, Tuhan adalah nothingness (ketiadaan), emptiness (kekosongan). Menurut falsafah Tao, Tuhan adalah Tao, sumber dari segala sumber. Jadi Tuhan adalah sumber dari realitas; baik realitas fisik maupun non fisik (yang tak berbentuk fisik). Semua bentuk fisik merupakan ciptaan atau kreasi Tuhan. Karena diluar realitas fisik adalah ketiadaan, kekosongan. Maka Tuhan sebagai sumber semua realitas adalah ketiadaan atau kekosongan. Tapi ketiadaan atau kekosongan Ilahi ini menyimpan segala potensi realitas, termasuk potensi energi kehidupan yang kita kenal sebagai prana. Kekosongan dan keheningan Ilahi ini mencakup/meliputi/mewadahi semua energi dan benda padat yang ada di alam semesta.

Dalam ilmu fisika kita tahu bahwa benda padat atau realitas fisik terkecil adalah inti atom atau nuclear. Kalau nuclear ini kita pecah/uraikan lagi, ia akan menjadi energi. Energi adalah sumber semua pergerakan atau kehidupan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa tubuh fisik kita dalah kristalisasi energi atau energi yang memadat. Selain tubuh fisik atau energi padat, kita punya tubuh energi eterik. Jadi tubuh kita adalah energi; padat dan tidak padat!

Karena energi adalah ekspresi Ilahi, maka tubuh energi kita juda ekspresi Illahi, bagian dari ke-Illahi-an. Sebagai ekspresi keillahian, tubuh energi kita memiliki potensi Illahi. Masalahnya, potensi latent keillahian ini hanya muncul ke permukaan kalau dipicu kesadaran. Kesadaran akan potensi keillahian ini oleh agama disebut sebagai iman. Dengan pengembangan iman, kita meningkatkan kesadaran akan our higher self/keillahian kita, dan kesadaran akan potensi latent kita. Ada peribahasa “you are what you think”, artinya keimanan kita akan mewujud dalam diri kita. Kalau kita yakin bahwa kita ekspresi Allah, maka kita mampu mengekspresikan kemampuan Illahi untuk penyembuhan.

Jadi asal tenaga prana adalah Sang Pencipta Kehidupan yang menghidupi dan menggerakan kita, yang dapat kita akses melalui keimanan atau kesadaran bahwa Allah ada dalam diri kita, bahwa kita satu kesatuan dengan Allah.

III. Bagaimana meningkatkan tenaga prana?

Peningkatan tenaga prana untuk penyembuhan dapat kita lakukan melalui latihan meditasi (dua jantung) dan pernafasan, karena dengan latihan tersebut sirkulasi energi dalam tubuh kita akan meningkat dan aura kita akan menguat/membesar. Latihan konsentrasi dalam meditasi akan memudahkan kita memfokuskan energi yang kita pancarkan pada waktu penyembuhan, jelas energi yang terfokus oleh konsentrasi pikiran akan menjadi kuat. Latihan atau praktek penyembuhan sendiri merupakan latihan konsentrasi dan penyaluran energi prana sehingga akan memperkuat tenaga prana dari penyembuh.

Para pelatih prana biasanya juga menjelaskan bahwa makanan kita akan mempengaruhi kualitas energi prana yang kita pancarkan. Vegetarian akan memperhalus energi prana kita dan energi yang semakin halus akan semakin efektif untuk penyembuhan, khususnya penyembuhan jarak jauh.

Kita dapat pula meningkatkan kekuatan energi penyembuhan kita dengan memanfaatkan energi prana dari pohon, bumi, bulan purnama, lilin, kristal, matahari dan bintang-bintang.

Sumber utama energi prana adalah Sang Pencipta, maka akses terhadap Sang Pencipta akan memperbesar tenaga prana yang dapat kita salurkan. Untuk mengakses energi Sang Pencipta melalui meditasi kita menyatukan diri kita dengan Sang Pencipta (Yoga berarti Union with God):
  • Karena Sang Pencipta adalah sumber energi, jika kita bisa membayangkanNya sebagai energi (lembayung listrik).
  • Karena Sang Sumber segala sesuatunya adalah keheningan, kekosongan, maka bersatu deengan Sang Sumber berarti bersatu dengan keheningan, kekosongan, di mana ego/keakuan kita lebur hilang. Kita menyatu dngan pasien kita, menyatu dengan alam semesta, dengan Tuhan.
  • Karena energi Illahi menghidupkan dan menyembuhkan, karena energi Cinta Kasih adalah energi yang menghidupkan dan menyembuhkan, maka energi Illahi adalah energi Cinta Kasih (ingat meditasi Jantung kembar). Jadi bersatu dengan Allah berarti menjadikan tubuh kita saluran pemancar rasa cinta kasih, menjadikan energi yang terpancar dari diri kita adalah energi cinta kasih yang luar biasa besar; cintakasih yang tak menghakimi (without judgement) dan tak bersyarat (without expectation).
Akses terhadap energi Illahi ini akan sangat meningkatkan tenaga prana dan kemampuan menyembuhkan kita.

IV. Bagaimana menjadikan diri kita sebagai penyalur tenaga prana yang baik.

Sebagai penyembuh dengan tenaga prana, energi kehidupan dari Sang Pencipta, maka kita (ego, tubuh fisik kita) hanyalah penyalur tenaga prana. Tubuh fisik yang sehat tentu akan menjadi penyalur yang baik dari pada tubuh fisik yang sakit. Oleh karena itu penyembuh harus menjaga kesehatannya dengan menjaga makanan, olah raga dan meditasi pernafasan.

Karena energi masuk melalui cakra-cakra, maka cakra-cakra kita harus selalu dijaga bersih dan diperbesar/diaktifkan lewat meditasi dan pernafasan.

Karena pikiran dan perasaan kita adalah pemicu dan pengarah energi, maka kita harus membiasakan diri untuk berpikir dan berperasaan positif; penuh cinta kasih, kebahagiaan. Bahkan bukan hanya pada saat penyembuhan, tetapi setiap saat, setiap detik dalam hidup kita. Dengan demikian maka tubuh penyembuh akan menjadi bersih energinya, mudah menjadi penyalur energi Illahi.

Lebih lanjut dengan menyadari bahwa hakekat diri penyembuh sebenarnya bukan tubuh fisik, bukan perasaan dan pikiran individual egoistic, melainkan ekspresi Illahi, energi Illahi, kecerdasan Illahi, cinta kasih Illahi, maka potensi Illahi akan semakin terealisir melalui tubuh fisik penyembuh. Jadi jika penyembuh ingin meningkatkan kemampuan menyembuhkan dengan tenaga prana, jalannya adalah menyatukan diri dengan Sang Pencipta, meningkatkan spiritualitas atau pemahaman akan hakekat manusia sebagai ekspresi Illahi.

V. Penutup: Cara meningkatkan spiritualitas

Aktifitas penyembuhan dengan tenaga prana menuntut kondisi pikiran dan perasaan yang hening, damai, bahagia, penuh cinta kasih dan penyatuan diri dengan Sang Pencipta. Dengan sering melakukan penyembuhan, mestinya secara otomatis penyembuh prana akan meningkat kualitas spiritualnya. Namun kalau penyembuhan dilakukan tanpa penghayatan dan menjadi rutinitas kerja, bahkan berorientasi pada penghasilan, bisa jadi aktifitas penyembuhan prana tidak meningkatkan spiritualitas sang penyembuh. Oleh karena itu diperlukan waktu khusus dan terjadwal untuk meditasi (Jantung Kembar) agar refleksi terus menerus berlangsung untuk semakin memahami hakekat diri, menghayati keillahian (our true self/our higher self).

Peningkatan frekuensi dan lama waktu bermeditasi seyogyanya dilakukan secara bertahap. Usaha ambisius untuk langsung melipatgandakan frekuensi dan lama waktu meditasi tidak direkomendasikan untuk umum. Bagi orang tertentu mungkin bisa berjalan baik, tapi umumnya perkembangan yang wajar adalah secara bertahap. Bagi orang yang tinggal di kota yang sibuk dan masih harus bekerja di bidang lain, memang sulit menyediakan waktu untuk penyembuhan dengan tenaga prana dan meditasi.

Namun sebenarnya kalau ada tekad, meditasi dapat dilakukan di sela-sela waktu; di jalan, di mobil, di meja makan, waktu istirahat, bahkan di kamar mandi. Penyembuhan dapat dilakukan pada setiap orang sakit yang ditemui, tentu dengan persetujuan pasien. Dan jika tekad pengembangan spiritualitas menjadi sangat kuat, seluruh waktu hidup kita dapat menjadi aktifitas meditatif!

Pengembangan atau peningkatan spiritualitas pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan penyembuhan dengan tenaga prana. Namun seyogyanya motivasi untuk meningkatkan spiritualitas bukanlah untuk meningkatkan kemampuan metafisik atau kemampuan menyembuhkan dengan tenaga prana.

Sebaliknya justru aktifitas penyembuhan dengan tenaga prana yang dijadikan sarana untuk meningkatkan spiritualitas atau kesatuan kita dengan Sang Pencipta. Semoga melalui aktifitas penyembuhan dengan tenaga prana, kita semakin dekat dengan Sang Pencipta.

----------

No comments: