Wednesday, April 22, 2009

Si Peramal

Peramal Yang Mewujudkan Ramalannya

Ketika kedua orang tuanya meninggal, mereka meninggalkan sejumlah besar uang padanya. Dia benar-benar jadi sangat kaya dan tidak perlu bekerja, dia hanya melakukan hobinya saja. Suatu saat dia tertarik pada musik, saat yang lain dia ingin menjadi seorang petenis ulung, saat berikutnya berubah lagi. Karena dia tidak bisa menekuni apa yang dilakukannya, maka dia tidak bisa mencapai apapun. Dia tenggelam dalam nikmatnya kekayaan dan terus menghamburkan uangnya, namun dia tidak khawatir karena uangnya sangat banyak.

Dia mulai menekuni horoskop dan mengatakan pada orang-orang apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada orang yang menanggapinya dengan serius karena astrologi baginya hanyalah sekedar hobi saja, namun setiap orang senang mendengarkan apa yang dikatakannya., selama dia tidak membuat masalah, tak ada yang risau.

Suatu hari pamannya datang mengunjunginya dengan wajah yang murung. Anak muda itu bertanya pada pamannya, “Paman, mengapa paman begitu murung?”

Jawab pamannya, “Aku sangat sedih karena aku tidak punya uang sepeserpun. Aku sedang dalam kesulitan keuangan yang sangat besar.”

Anak muda itu berkata, “Mari kulihat keberuntungan paman. Seperti apa masa depan paman.”

Lalu anak muda itu membaca keberuntungan pamannya dan berkata, “Kulihat, dalam waktu sebulan lagi, ada nasib baik, paman akan memperoleh uang yang paman butuhkan.”

Dengan gembira pamannya bertanya, “Kamu yakin?”

Anak muda itu menjawab, “Jelas sekali peruntungan paman menunjukkan hal itu. Aku dapat melihatnya. Aku yakin kesulitan keuangan paman akan dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan.”

Pamannya sangat gembir mendengar bahwa dia akan memperoleh uang. Dia menunggu hari demi hari, tapi tak terjadi apa-apa. Pada hari terakhir kebetulan paman itu lewat di depan rumah keponakannya itu, dilihatnya dia sedang berdiri di depan pintu dan pamannya berkata padanya, “sudah sebulan waktu berlalu dan aku belum memperoleh uang. Mengapa kamu mempermainkan orang seperti ini? Demi Tuhan, berhentilah meramal.”

Anak muda itu menyahut, “Paman, sudah kukatakan agar paman menunggu selama sebulan, dan sekarang waktu itu belum berakhir.”

Pamannya mulai meradang, “Tak kusangka kau demikian tolol! Hari ini adalah hari yang terakhir. Siapa yang akan memberiku uang? Tak ada! Kalau tidak bodoh, kamu pasti penipu. Kamu tidak tahu apa-apa tentang ramal-meramal!”

Dengan tenang anak muda itu menjawab, “Oh, aku tahu, dan aku juga tahu bahwa paman akan memperoleh uang itu. Hari ini belum berakhir bukan?”

Kemudian “peramal” itu masuk ke ruangan lain dan muncul kembali dengan setumpuk uang. Dia menyerahkan uang itu ke pamannya dan berkata, “Lihat, ramalanku terbukti bukan?”

Pamannya berkata, “Ya, ramalanmu terbukti benar. Aku sangat berhutang budi padamu.”

Pada saat itu kebetulan sorang guru sekolah lewat. Guru sekolah itu tidak melihat ketika pemuda itu menyerahkan uang ke pamannya, dia hanya mendengar bahwa sang paman mengucapkan terimakasih kepada keponakannya karena ramalannya terbukti benar.

Setelah beberapa hari berpikir-pikir untuk mengunjungi pemuda itu meminta agar dia meramalkan keberuntungan anak perempuannya. Maka akhirnya bersama puterinya guru itu mendatangi pemuda tadi dan berkata, “Aku punya masalah. Sudah saatnya anak perempuanku ini menikah. Bisakah kamu mengatakan adakah kemungkinan dia akan memperoleh suami yang baik? Aku ingin agar dia menikah dengan seseorang yang kaya, tampan dan berpendidikan tinggi sehingga dia dia tidak perlu mengkhawatirkan masa depannya.”

Pemuda itu menerawang keberuntungan anak perempuan guru itu dan berkata, “Dalam waktu dua bulan kamu akan menemukan pasangan yang tepat bagi anak perempuanmu. Dari keberuntungannya dapat kulihat bahwa dia adalah gadis yang baik. Kamu akan memperoleh pria yang tepat untuk dinikahinya.”

Guru itu sangat gembira mendengar hal itu dan mulai menyiapkan pesta pernikahan puterinya yang cantik itu. Bahkan dia menggaji juru masak serta karyawan khusus untuk upacara pernikahan anaknya. Sementara itu waktu terus berlalu, namun belum juga anaknya berjumpa dengan pria yang cocok. Tetapi dia sangat percaya pada peramal muda itu, dan yakin bahwa sesuatu akan terjadi.

Akhirnya, ketika dua bulan hampir berlalu, pria itu datang lagi ke peramal muda itu dan bertanya, “Apakah kamu yakin kalau anakku akan segera menikah? Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya. Aku sudah menghubungi pendeta dan menggaji beberapa pelayan khusus. Aku telah membeli perhiasan bagi pernikahannya. tetapi aku belum menemukan pengantin laki-lakinya. Apa yang akan terjadi kalau ramalanmu meleset?”

Peramal muda itu menjawab, “Kenapa kamu khawatir? Di desa ini adakah orang yang lebih kaya dariku? Dan apakah kamu tidak berpikir bahwa aku tampan? Bukankah aku berpendidikan tinggi?”

Guru itu berkata, “Kamu? Bagaimana mungkin aku berharap kamu akan menikahi puteriku?”

Peramal itu menjawab, “Mengapa tidak?”

Guru itu berkata, “Karena kamu kaya, tampan dan baik hati, maukah kamu menikahi puteriku?”

Anak muda itu menjawab, “Tentu saja, tentu saja kamu tidak perlu khawatir. Kami akan menikah besok.”

Maka menikahlah peramal muda itu dengan puteri guru tadi, dan dengan demikian dia memenuhi janjinya dan membuat ramalannya menjadi kenyataan.

Isterinya demikian cerdas. Dia telah mendengar bagaimana suaminya telah memberikan uang ke pamannya karena ramalannya meleset. Dan dia tahu bahwa pemuda itu harus menikahinya agar ramalan berikutnya terwujud. Maka dia berkata kepada suaminya, “Aku tidak mengizinkan kamu meneruskan pekerjaanmu sebagai peramal. Karena kamu punya begitu banyak uang, kamu tidak perlu bekerja. Tetapi kamu harus berhenti meramal karena kamu tidak mengerti apapun mengenai astrologi. Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu harus menghentikannya.

Kamu adalah orang terkaya di desa ini. Kamu punya begitu banyak pegawai. Kalau secara teratur kamu pergi ke ladang untuk mengawasi pegawaimu, maka mereka akan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dan kita akan punya panenan yang lebih berlimpah. Ini bisa menjadi pekerjaanmu.”

Maka setiap hari pria muda ini menghabiskan waktu beberapa jam mengawasi ladangnya. Para pekerja sangat gembira karena dia menunjukkan perhatian kepada mereka. Pemuda itu gembira karena dia tahu dia telah mencapai sesuatu yang positif setiap hari. Dia punya alasan untuk bangun lebih pagi setiap hari.

Kira-kira tiga bulan kemudian, pamannya datang lagi dan berkata, “Keponakanku, sekali lagi aku perlu uang. Maukah kami meramal keberuntunganku dan melihat apakah ada harapan bagiku untuk mendapatkan uang itu?” Sang paman berharap keponakannya sekali lagi akan memberi uang untuk membuktikan bahwa ramalannya benar.

Pria muda itu berkata, “Maaf paman. Aku telah berhenti meramal. Isteriku mengatakan bahwa aku tidak bisa melakukannya dengan baik, maka aku menurutinya.”

Lebih baik kita berhenti melakukan hal-hal yang diluar nalar dan kemampuan kita, untuk kemudian melakukan perbuatan yang positif, yang ternyata bisa menyenangkan orang banyak.

Diterjemahkan dari Garden of the Soul karya Sri Chinmoy.

-----------

No comments: