Tuesday, January 27, 2009

Itu Mencuri !!!

Oleh : Swami Rama, diterjemahkan oleh Mutiara

Ketika masih muda, saya selalu mencari keajaiban. Ketika saya melihat seseorang berbaring diranjang yang penuh dengan paku saya berkata kepadanya : “Aku ingin dapat melakukan hal seperti itu, maukah Anda mengajarkannya kepadaku?”

Jawabnya : “Tentu saja. Tapi sebelumnya kamu harus mengemis dan memberikan seluruh hasilnya kepadaku. Kalau kamu berjanji akan memberikan semua yang kau miliki, aku akan mengajari kamu!” Kemudian setelah itu berulang kali saya jumpai orang seperti itu, mereka saling meremehkan : “Dia tidak ada apa-apanya. Saya akan ajari kamu sesuatu yang lebih hebat.” Salah satu dari mereka punya sebuah jarum baja yang besar, dia menusukkan jarum itu menembus lengannya, katanya : “Lihat, tidak berdarah, tidak sakit, akan kuajarkan hal ini kepadamu, kemudian kamu dapat mendemonstrasikan kebolehanmu di hadapan banyak orang, kamu akan memperoleh uang yang berlimpah. Tetapi sebelumnya kamu harus menjadi pengikutku dan memberikan sebagian dari perolehanmu.”

Sekali lagi saya meninggalkan orang seperti itu dan beralih ke yang lain. Banyak orang menghormati orang ini. Saya ingin tahu mengapa begitu banyak orang yang terus mengikutinya? Pikirku : “Keistimewaan apa yang dimilikinya? bijaksanakah dia? Seorang yogikah dia?” Saya terus mengikutinya sampai tidak ada lagi orang lain, lalu dia bertanya: “Hotel paling mewah manakah yang kamu tahu?”

Jawabku : “Hotel Savoy di London”

Katanya : “Bayar aku 10 ribu rupiah dan engkau akan memperoleh makanan yang paling lezat dari restoran di hotel itu.”

Saya membayar 10 ribu rupiah dan tiba-tiba ada makanan lezat tepat di hadapanku. Kemudian saya minta makanan dari Hamburg Jerman. Sekali lagi saya membayarnya 7 ribu rupiah dan dia memberikan makanan yang saya pesan, bahkan makanan itu muncul sekaligus disertai bonnya.
Saya mulai berpikir : “Kenapa aku harus kembali ke Guruku? aku akan tinggal bersama orang ini dan semua kebutuhanku akan dipenuhinya. Kemudian tanpa kesulitan, aku dapat bermeditasi dan belajar dengan tenang.”

Dia bertanya : “Arloji seperti apa yang kau inginkan?”

Jawabku : “Aku sudah punya arloji yang bagus.”

Tetapi katanya : “Akan kuberi kamu jam yang lebih bagus.” dan dia benar-benar melakukannya.
Ketika aku amati jam itu, aku berpikir : “Arloji ini dibuat di Swiss. Dia tidak menciptakan benda-benda ini ; dia hanya melakukan sebuah tipuan, memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain.”

Dua minggu kemudian saya sekali lagi mendatanginya dan membungkuk menghormatinya. kemudian saya memijit dan memasak untuknya. Dia begitu menikmati hal itu dan kemudian bersedia melatih saya, sehingga akhirnya saya dapat melakukan hal seperti yang dilakukannya.
Saya terus berlatih sampai suatu hari salah seorang Swami dari pertapaan kami datang dan mendaprat saya, katanya : “Apa yang kamu lakukan?” dia membawa saya menghadap Guru, Guru berkata: “Kamu telah melakukan banyak pencurian.”

Tanyaku : “Pencurian apa?”

Jawabnya : “Kamu minta permen, dan permen itu muncul di hadapanmu, permen itu sebenarnya berasal dari toko seseorang. Permen itu hilang dari toko tetapi pemiliknya tidak menyadari apa yang sebenarnya telah terjadi.” Saya berjanji pada Guru untuk tidak melakukan hal seperti itu lagi.

Beberapa waktu kemudian saya bertemu dengan seorang salesman di sebuah toko yang menjual mesin jahit. Saya bercerita tentang kemampuan orang tadi. Salesman itu berkata : “Kalau dia dapat mengambil mesin jahit dari toko tempat saya bekerja di kota lain, akan saya umumkan kesegala penjuru kalau dia adalah orang terbesar yang pernah hidup dan sepanjang sisa hidupku aku akan menjadi pengikutnya.

Maka kami berduapun datang padanya dan memintanya agar melakukan sebuah keajaiban. Katanya : “Aku akan segera mendapatkannya”. Tak lama kemudian mesin jahit itu benar-benar muncul! Baru setelah itu salesman tadi merasa khawatir karena mesin jahit itu pasti hilang dari toko dan bisa jadi dialah yang akan dituduh mencurinya, karenanya dia meminta agar mesin jahit itu dikembalikan, maka orang tadi berusaha mengembalikan mesin jahit itu, tetapi tidak berhasil, dia mulai terisak-isak menangis, “Aku kehilangan kemampuanku.”

Ketika salesman tadi kembali ketoko, dia membawa serta mesin jahit tadi. Sementara itu pemilik toko sudah melaporkan kehilangan itu kepada polisi. Polisi menemukan mesin jahit tadi berada di tangan salesman tadi, maka dia ditangkap dan kemudian dibawa kepengadilan. Tak ada yang percaya pada apa yang diceritakannya, maka salesman itupun dihukum.

Saya punya banyak pengalaman seperti itu dan seringkali merendahkan Guru dengan berkata: “Ada banyak orang yang mempunyai kemampuan yang lebih hebat dari Guru, jadi lebih baik aku mengikuti mereka saja”.

Dengan tenang Guru menjawab : “Pergilah! Aku ingin kamu berkembang dan menjadi besar. Kamu tidak perlu terus mengikuti aku!”

Belakangan baru aku sadari bahwa kebanyakan fenomena semacan itu hanyalah tipuan. Ketika mereka benar-benar asli, ternyata dia menggunakan ilmu hitam. Spiritualitas tidak ada hubungannya dengan keajaiban seperti itu. Yoga sutra bab tiga menjelaskan berbagai metoda mencapai kemampuan seperti itu, tetapi kemampuan semacam itu menciptakan batu sandungan di sepanjang jalan menuju pencerahan. Tidak lebih dari satu orang dalam sejuta yang benar-benar mempunyai kemampuan atau Siddhi seperti itu.

Yang saya lihat, orang-orang yang memamerkan hal semacam itu seringkali tamak, mementingkan diri sendiri dan bodoh. Jalan menuju pencerahan berbeda dengan secara sengaja menghimpun kekuatan untuk itu. Keajaiban yang dilakukan oleh Buddha, Kristus dan para suci yang lain dilakukan dengan spontan dan dengan maksud yang jelas. Tidak dilakukan dengan tujuan yang mementingkan diri sendiri atau untuk membuat sensasi. Lain halnya kalau hal semacam itu dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan sesuatu.

Dalam jalur yoga, kadang-kadang seseorang mencapai kemampuan siddhi. Seorang yogi tanpa punya hasrat untuk memperoleh siddhi mungkin malah memperolehnya, tetapi seseorang yang sadar akan tujuan hidupnya tak akan menyalah gunakan kemampuan itu, bagi seorang yogi menyalah gunakan siddhi sama saja dengan terjun bebas ke dalam jurang.

Melakukan pencurian dianggap sebagai perbuatan kriminal, baik dipandang dari segi moral maupun sosial. Permainan sulap bukan bagian dari yoga manapun. Siddhi memang ada, tetapi hanya dimiliki orang suci.

.
Swami penyembur api

Pada suatu hari saya bertemu dengan seorang swami yang dapat mengeluarkan api dari mulutnya. Api itu bisa menyembur beberapa meter. Saya pernah mengujinya, untuk meyakinkan apakah yang dilakukannya itu murni. Saya minta dia berkumur untuk memastikan kalau dia tidak menyembunyikan sesuatu yang dapat menyala di mulutnya. Saya juga meminta seorang rekan saya memeriksanya. Nampaknya memang asli, maka serta merta saya berkesimpulan : “Orang ini pasti lebih berkembang dari Guruku.”

Swami itu kemudian berkata, “Kamu membuang-buang waktu dan energimu kalau kamu tetap mengikuti Gurumu. Jadilah pengikutku dan akan kuberikan kebijaksaan yang sejati. Akan kutunjukkan kepadamu bagaimana menciptakan api!”

Saya demikian terbuai oleh kata-katanya sehingga saya memutuskan untuk meninggalkan Guru saya. Saya menghadap Guru untuk minta diri, “Telah kutemukan seseorang yang lebih berkembang dari Guru, dan telah kuputuskan untuk menjadi muridnya.”

Jawab Guru : “Aku sungguh gembira. Pergilah, aku ingin agar engkau bahagia. Apa yang telah dilakukannya?

Aku menjelaskan : “Dia dapat menyemburkan api dari mulutnya, dia benar-benar swami yang hebat.”

Guruku berkata : “Bawa aku padanya”

Keesokan harinya kami berangkat dengan berjalan kaki. Swami itu tinggal 50 kilometer jauhnya di pegunungan, jalannya terjal, perlu dua hari untuk mencapai tempat itu. Ketika kami sampai, swami itu membungkuk menghormati Guru saya!

Saya keheranan dan bertanya kepada Guru: “Apakah Guru mengenalnya?”

Dia menjelaskan : “Tentu saja. Dia meninggalkan pertapaan kita beberapa waktu yang lalu. Sekarang aku tahu di mana dia bersembunyi.”

Guru bertanya kepadanya, “Apa yang kau lakukan di sini?”

Jawabnya : “Pak, saya telah belajar menghasilkan api dari mulut.”

Ketika Guru melihat api menyembur dari mulut swami itu, dengan ramah dia tersenyum. Kemudian dia memberi perintah kepadaku : “Tanyakan kepadanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari ini?”

Swami itu begitu puas pada apa yang telah dicapainya, dengan bangga dia berkata : “Saya telah dua puluh tahun berlatih agar dapat menguasai kemampuan ini!”

Kemudian Guru berkata kepadaku, “sebuah korek api bisa menciptakan api dalam satu detik, kalau kamu ingin menghabiskan waktu duapuluh tahun agar dapat menghasilkan api dari mulutmu, engkau benar-benar bodoh. Anakku, itu bukanlah kearifan. Kalau kamu benar-benar ingin bertemu dengan para Guru sejati, Akan kutunjukkan jalan menuju tempat tinggalnya. Pergilah ke sana dan petiklah manfaatnya.”

Lama setelah itu baru saya sadari bahwa semua kemampuan atau siddhi semacam itu hanyalah sebuah pertanda di jalan pengembangan spiritual. Kemampuan semacam itu tidak ada hubungannya dengan spiritualitas. Kemudian saya simpulkan, setelah mengalami dan mengujinya, bahwa kekuatan psikik semacam ini hanya sedikit nilainya. Sebaliknya hal ini akan menciptakan hambatan yang serius dalam jalur spiritual Anda. Kadang kala, kekuatan psikik Anda berkembang, Anda mulai meramalkan nasib dan keberuntungan orang lain, anda mulai memahami sesuatu yang dulu tak dapat Anda mengerti. Ini semua adalah gangguan. Jangan biarkan hal seperti ini menghambat jalan Anda.

Pada kebanyakan orang, termasuk para swami, mereka telah menghabiskan waktu dan energi untuk mengatasi gangguan semacam ini.

Orang yang ingin mengembangkan siddhi, bisa berbuat seperti itu dan dapat mendemonstrasikan keahlian supranatural tertentu; tetapi pencerahan budi adalah hal yang sangat berbeda dan tidak ada hubungannya dengan hal semacam itu.

----------

No comments: