Wednesday, September 3, 2008

Imbalan untuk Penyembuhan

Oleh: Bernard Prasodjo (MP 9).

Setelah kita mempraktekkan Ilmu dan Seni Penyembuhan Dengan Tenaga Prana yang kita pelajari dengan melakukan penyembuhan, mula-mula dalam lingkungan rumah tangga sendiri; anak, isteri, suami sampai pembantu rumah tangga, kemudian setelah lebih percaya diri karena ternyata hasilnya cukup memuaskan, kita mulai memperluas pelayanan penyembuhan kita pada kerabat dekat, teman sekerja dan tetangga dekat, karena ternyata banyak yang membaik, maka mulailah berdatangan kenalan atau kerabat pasien kita sebelumnya. Jadilah kita seorang Penyembuh Prana yang mulai dikenal, walaupun pasien yang kita layani setiap harinya tidak lebih dari tiga atau empat orang saja, itu sudah cukup menyita waktu kita.

Hal seperti ini terjadi juga pada kebanyakan orang yang mau mempraktekkan ilmu penyembuhan yang baru dipelajarinya dengan cukup percaya diri dan penuh kesungguhan. Satu pertanyaan yang cukup penting kemudian timbul : Apakah saya harus menyediakan waktu yang lebih panjang agar dapat melayani lebih banyak orang? Atau pertanyaan yang lebih serius lagi; Apakah saya harus memberikan sebagian atau seluruh hidup saya untuk pelayanan ini?

Layakkah menerima imbalan?

Di kalangan Penyembuh Prana sendiri ada beberapa norma yang biasa diperbincangkan sehubungan dengan masalah seperti ini, diskusi semacam ini memang sangat diperlukan agar kita dapat memahami kebenaran mendasarnya. Karena ini tidak berhubungan dengan suatu kebenaran universal melainkan hanya merupakan prinsip manusia dari kalangan yang terbatas, yang mau tidak mau harus bersinggungan dengan masalah uang.

Masalah seperti ini timbul terutama di lingkungan masyarakat kota besar yang lebih terpengaruh oleh urusan materi, dibandingkan dengan masyarakat pedesaan yang pada umumnya sikap kegotong-royongannya masih nampak kental.

Di manapun di kota besar, segala sesuatu dinilai dengan uang, apa lagi pada masyarakat barat. Semakin banyak uang yang diberikan, akan semakin berharga sesuatu yang dibayar itu.

Tidak dapat dipungkiri, memang cukup banyak orang yang berpendapat seperti itu, bahkan sudah sampai pada tahap mempraktekkannya; semakin mahal tarip yang dipasang seorang penyembuh, maka dia akan semakin “laku”. Atau kalau kita balik: Kalau Anda ingin menjadi penyembuh yang terkenal, pasanglah tarip yang tinggi! Tetapi harus di ingat tarip itu harus disesuaikan dengan memampuan penyembuhan Anda, kalau tidak, ketenaran itu tidak akan berlangsung lama.

Kalau seseorang sudah menghabiskan ratusan juta rupiah untuk mencari kesembuhan tetapi ternyata tidak berhasil juga dan kemudian kita dapat mengurangi penderitaannya karena dia mulai membaik, bukankah kita berhak meminta imbalan yang cukup tinggi?

Atau memberikannya dengan cuma-cuma?

Tetapi ada yang berpendapat sebaliknya, dengan meneladani kisah seorang penyembuh yang terus berkelana, yang mengalir dalam arus takdir, dia yakin bahwa alam raya akan menyediakan apa yang dibutuhkannya selama dia selalu berbuat dan berpenampilan tulus dan murni sebagai penyembuh. Mereka akan melayani pasiennya tanpa pamrih dan yakin bahwa kebutuhannya dengan sendirinya akan terpenuhi. Berkeyakinan seperti inipun tidak menjadi masalah, karena dalam kenyataannya memang benar, mereka yang mempraktekkannya tidak pernah berkekurangan.

Bukankah energi yang kita salurkan sudah tersedia dengan cuma-cuma? Jadi, mengapa seseorang harus meminta imbalan? Bukankah sebenarnya yang lebih banyak berperan adalah pasiennya, bukan penyembuhnya? Jadi sejujurnya, bagaimana mungkin seseorang dapat mengharapkan imbalan? Bukankah seorang penyembuh hanyalah bertindak sebagai saluran saja, dan penyembuhan berjalan dengan baik kalau penyembuhnya dengan bersungguh-sungguh menyalurkan energi yang diterimanya dari alam kepada pasiennya? Jadi mengapa seseorang harus dibayar?

Benar! energinya tersedia dengan cuma-cuma, tetapi apa bedanya? Untuk dapat menjadi seorang penyembuh, Anda telah mengurbankan banyak waktu untuk mempelajari dan berlatih mendalami Ilmu dan Seni Penyembuhan ini. Anda telah banyak mengeluarkan uang untuk membeli buku, kristal, mengikuti lokakarya lanjutan dan bahkan mengurbankan waktu yang seharusnya Anda berikan pada keluarga, atau bahkan mungkin Anda mengurbankan waktu yang seharusnya Anda curahkan untuk pekerjaan dan bisnis, Anda telah mengesampingkan yang lain agar dapat terus mengembangkan ilmu ini, meyakininya atau bahkan menjadikannya sebagai jalan hidup.

Semua dinilai dengan uang?

Merupakan kenyataan bahwa untuk dapat hidup didunia ini Anda perlu uang. Bagi banyak orang nilai penampilan Anda diukur dengan seberapa baik Anda berpakaian, atau apakah Anda mengendarai Mercy atau BMW, singkatnya, berapa banyak uang yang Anda miliki.

Seseorang harus punya uang agar dapat makan setiap hari, bila Anda menggunakan seluruh waktu Anda untuk melakukan penyembuhan, maka bagaimana mungkin Anda punya waktu untuk mencari nafkah? Mana tanggung jawab Anda terhadap keluarga? Atau mungkin Anda sudah cukup punya tabungan atau sudah pensiun, kalau demikian halnya memang tidak menjadi soal.

Mungkin saja Anda mempergunakan waktu Anda terlebih dahulu untuk mencari nafkah dan waktu yang tersisa Anda berikan bagi mereka yang menderita, sakit dan miskin. Kalau begitu, mana waktu bagi keluarga, diri sendiri, kesehatan dan kesejahteraan anda?

Di mana Anda akan melakukan penyembuhan? Apakah Anda menyewa ruang di suatu tempat? Apakah pemiliknya minta uang sewa? Atau kalau Anda menyediakan sebuah ruangan dirumah, apakah Anda memperhitungkan uang sewanya?

Bila dalam bermasyarakat tidak dibutuhkan uang, maka kita dapat lebih banyak beramal. Tetapi bukankah dunia ini membutuhkan pengeluaran harian, yang harus diperoleh dari sumber tertentu. Maka tentukanlah tarip, pertimbangkanlah! Jelas seseorang harus meminta imbalan bukan? Kalau begitu, bagaimana orang tahu kalau Anda tidak memasang tarif? Bukankah masyarakat kita menghargai sesuatu dengan uang, sehingga semakin mahal tarip yang Anda tentukan, Anda akan semakin dihargai?

Kalau demikian, apa arti senyum seorang bayi atau nilai dari cinta yang tulus? Mengapa perkawinan terus berlanjut hanya karena salah satu atau kedua pasangan ini bertahan karena takut pada masalah keuangan? Kalau demikian, namanya bukan cinta, perkawinan hanya dimaksudkan untuk menghormati cinta, bukan uang! Uang adalah sistem penilaian buatan manusia, sedangkan cinta adalah sistem penilaian Tuhan. Sistem penilaian yang benar adalah seperti bayi yang baru lahir, yang diinginkannya hanyalah cinta dan perhatian, popok yang basah adalah salah satu cara sederhana untuk memperoleh cinta dan perhatian itu.

Pertukaran Energi

Hukum metafisika berdiri di antara kedua pendapat ekstrim di atas, hukum ini merupakan kebenaran universal, kebenaran yang dibahas di sini adalah mengenai hukum pertukaran energi. Kita dapat mengatakan bahwa uang melambangkan energi. Seorang pasien datang minta disembuhkan dari penyakit yang dideritanya, menukar energi penyembuhan dengan uang tidak lebih seperti pertukaran kemurahan hati. Pertukaran ini sangat penting dilakukan karena kalau tidak seseorang memberikan energinya dengan percuma, karena harus ada pertukaran energi, agar terjadi kesembuhan. Walaupaun pertukaran ini tidak harus dengan uang, ucapan terimakasih yang tulus juga merupakan pertukaran energi.

Alasan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu merupakan hal yang sangat penting, seringkali sesuatu dilakukan karenanya alasan yang ujungnya mengarah ke uang juga. Bukan untuk kepuasan dan kegembiraan batin karena kita melakukan suatu kebaikan, bukan untuk menolong seseorang dengan memberikan kesembuhan, tetapi karena mengharapkan uang. Ini adalah petualangan ego, jadi pasti bukan bagian dari rencana Tuhan.

Sebagai pengganti energi penyembuhan yang anda terima, Anda tidak harus memberikan imbalan uang, kalau memang memberikan imbalan uang tidak membuat Anda merasa nyaman, ada berbagai hal lain yang dapat diberikan sebagai pengganti uang, misalnya dengan pelayanan, seperti membersihkan rumah, memijat dan sebagainya, makanan (memasak makan pagi, mengatur meja makan dan seterusnya), atau benda (mejahitkan pakaian, menyampul buku, membayarkan sewa dan sebagainya).

Sebaiknya pembayaran yang Anda terima disesuaikan dengan kemampuan pasien, kalau pasien memang kurang mampu, bebaskan dia dari pembayaran. Bisa juga Anda sesuaikan dengan suara hati Anda. Dengarlah suara hati, ketika Anda merenungkan pelayanan penyembuhan, apa yang anda pikirkan? Apakah pikiran Anda melayang-layang dan berkhayal tentang adanya sekumpulan makhluk bercahaya yang mengagumkan berada disekeliling Anda untuk membantu disaat Anda melakukan penyembuhan? Ataukan Anda sudah merasa puas sebab kehidupan orang-orang disekitar Anda bertambah baik karena kehadiran Anda yang penuh cinta? Apakah Anda melihat adanya perbedaan di antara orang yang melakukan penyembuhan semata-mata demi uang dibandingkan dengan mereka yang melakukannya demi kebahagiaan dan kebaikan sesama? Siapa yang lebih berhasil dalam melakukan penyembuhan?

Imbalan sukarela

Sebagai jalan tengah, Anda dapat menerima sumbangan sukarela, sediakanlah kotak sumbangan di ruang penyembuhan, biarkan pasien menentukan sendiri “sumbangan” yang akan diberikannya dan menentukan “harga” Anda. Sebagai pembanding, contoh berikut ini mungkin dapat menggambarkan hubungan antara pembayaran dan kesembuhan. Ini terjadi di Philipina:

Sebuah klinik penyembuhan Prana melakukan pelayanan dengan cuma-cuma bagi masyarakat di sekitarnya yang kurang mampu. Selain klinik ini, pengelolanya juga membuka klinik lain yang diperuntukkan bagi para eksekutif di kawasan pusat perdagangan dengan memasang tarip yang cukup mahal. Setelah berlangsung selama beberapa tahun, ketika dilakukan evaluasi, ternyata pada klinik yang memasang tarip yang cukup tinggi, prosentase kesembuhan pasiennya jauh lebih besar dibandingkan dengan klinik yang tidak memungut bayaran sama sekali, walaupun penyembuhnya sama. Dari keadaan ini kemudian ditarik kesimpulan bahwa dengan membayar, seseorang tidak merasa berhutang budi pada penyembuhnya karena telah terjadi pertukaran energi, ini sangat membantu kesembuhannya, selain itu karena membayar, pasien dengan penuh kesadaran mau mengikuti semua saran yang diberikan penyembuhnya, ketika dia disarankan untuk tidak merokok, lebih banyak beristirahat atau mengurangi makan daging, ini lakukannya dengan sungguh-sungguh, karena kalau tidak, bisa jadi dia tidak kunjung sembuh sehingga dia harus terus mengeluarkan uang untuk membayar penyembuhnya.

Kesimpulan

Sekarang Anda sudah melihat masalah pembayaran dari dua sisi, menerima imbalan, atau dengan cuma-cuma. Bagaimanapun Anda tidak dapat hidup hanya dengan cinta saja. Tetapi di lain pihak Anda tidak dapat menilai cinta kasih hanya dengan uang.

Memutuskan bagaimana Penyembuh Prana ‘memberi harga’ pada penyembuhan yang dilakukannya merupakan pilihan masing-masing. Persoalan uang bukanlah hal tabu untuk dibicarakan, pertimbangan yang dilakukan sama saja seperti persoalan lain yang kita hadapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tulisan ini disajikan sekedar untuk merangsang pemikiran dan merefleksi diri.

Ada satu hal lagi: Dunia kita membutuhkan lebih banyak penyembuh, itulah sebabnya secara tidak langsung Anda terpanggil untuk menyembuhkan. Dunia tidak membutuhkan penyembuh yang sakit atau yang salah jalan karena tak lama lagi, karena berbagai hal dia tidak akan dapat berfungsi sebagai penyembuh lagi. Menjaga agar Anda bekerja dengan tertib dan disiplin adalah cara terbaik bukan saja bagi dunia, tetapi juga bagi kemajuan dan kesehatan Anda sendiri. Karena itu pilihlah sesuai dengan kata hati anda!

———-

No comments: