Sunday, September 7, 2008

Mengajar Penyembuhan Prana

Oleh : Bernard Prasodjo (MP 21)


Dalam acara penutupan Saresehan Prana di Kuningan yang lalu, mengemuka juga masalah pengajaran Ilmu Penyembuhan dengan tenaga Prana. Sayang banyak perserta saresehan yang sudah harus pulang ke kotanya masing-masing, sehingga tidak memperoleh penjelasan yang cukup penting berkenaan dengan masalah ini.

Dalam MediaPrana, hal ini juga sudah beberapa kali disinggung. Sekedar untuk memberikan pemahaman bahwa tidak sembarang orang boleh mengajarkan Ilmu Penyembuhan Prana. Yang berhak mengajarkan Penyembuhan dengan Tenaga Prana di Indonesia adalah para Pelatih Prana yang resmi, yang telah dilatih secara khusus oleh Yayasan Prana Indonesia, bekerja sama dengan The Institute of Inner Studies dan The World Pranic Healing Foundation. Karena, memang yang berhak menyebar luaskan ajaran penyembuhan dengan Tenaga Prana di Indonesia adalah YPI, karena YPI merupakan rekan kerja resmi dari kedua badan yang berkedudukan di Filipina tersebut.

Perlu dijelaskan di sini bahwa Indonesia sudah memiliki lebih dari seratus orang pelatih, beberapa di antaranya baru boleh mengajar sampai Tingkat Dasar, beberapa yang lain boleh mengajar sampai Tingkat Lanjut, dan beberapa yang lain lagi sudah boleh mengajar sampai Tingkat Psikoterapi Prana. Untuk lokakarya tingkat yang lebih tinggi, YPI masih harus mendatangkan pelatih dari Filipina.

Kenapa harus demikian? Agar seseorang bisa mengajarkan Ilmu Penyembuhan Prana dengan benar, diperlukan pelatihan khusus. Dalam setiap jenjang, mereka dilatih secara maraton selama satu minggu, dari pagi hingga tengah malam, agar mereka dapat menguasai dengan benar teknik mengajarkan penyembuhan ini, apa sebenarnya yang ingin dicapai dengan mengajarkan atau melatih sebuah topik tertentu, bagaimana cara menguasai kelas, bagaimana menangani sebuah pertanyaan, bagaimana seharusnya pembawaan diri seorang pelatih dan sebagainya. Dan setelah pelatihan, secara resmi seorang pelatih menerima sebuah Buku Manual Pelatih, Sertifikat Kepelatihan yang berjangka waktu tertentu dan “empowerment” atau penguatan, di mana secara simbolis pelatih baru itu menerima restu dan energi dari Sang Guru, agar berhak mengajarkan ilmu penyembuhan ini. Ini hal yang sangat penting dalam penyebaran pengetahuan mengenai energi.

Jadi, tidak semua orang berhak dan bisa mengajarkan Ilmu Penyembuhan dengan Prana ini dengan benar!
Itu semua dibutuhkan demi menjaga kemurnian ajaran penyembuhan dengan Tenaga Prana. Dan ternyata semua pelatih sangat paham akan perlunya restu dan energi Sang Guru, dan patuh pada apa yang seharusnya boleh diajarkannya:

Pelatih Tingkat Dasar dengan sendirinya hanya bersedia mengajar Tingkat Dasar saja.

Pelatih Tingkat Lanjut hanya akan mengajar Tingkat Dasar dan Tingkat Lanjut saja.

Dan pelatih Psikoterapi hanya mau mengajar Tingkat Dasar , Tingkat Lanjut dan Tingkat Psikoterapi saja, walaupun kalau mau mereka bisa saja mengajarkan tingkat yang lebih tinggi seperti kristal, pertahanan diri dan bahkan Yoga Arhatik misalnya. Apa yang menyebabkannya?

Bukankah dalam setiap lokakarya dibahas mengenai pembentukan watak, dan salah satunya adalah: Murah hati dan tidak mencuri, di sini penekanannya adalah pada “Tidak mencuri” (Nonstealing). Bagaimana mungkin seseorang yang mengajarkan pembentukan watak tidak mencerminkan apa yang diajarkannya dalam perilakunya? Bagaimana mungkin seseorang yang mengajarkan agar orang tidak mencuri tetapi malah melakukannya? Bagaimana mungkin seseorang yang memahami hukum karma mau melakukan sesuatu yang tidak berhak dilakukannya? Tentu saja mereka tidak akan melakukan hal semacam itu karena mereka tahu akan akibat buruknya! Bukankan “Apa yang Anda tanam, itulah yang akan Anda tuai?”

Di beberapa tempat, termasuk juga di Jakarta, masih saja ada orang yang secara tidak berhak mengajarkan Ilmu dan Seni Penyembuhan dengan Tenaga Prana Master Choa Kok Sui, bahkan sampai ada yang memiliki buku pegangannya sendiri, tanpa menyebutkan sumbernya, walau jelas-jelas yang diajarkan adalah Penyembuhan Prana Master Choa Kok Sui dan dengan gambar-gambar yang di ambil dari buku Tingkat Dasar. Apakah itu demi alasan komersial ataupun demi alasan yang lain, hal semacam itu tetap saja tidak dapat dibenarkan.

Bahkan di sebuah tempat di Jakarta, ada yang memasang spanduk dengan tulisan: “Kursus Penyembuhan Prana Tingkat Dasar angkatan ke 24,” dan itu jelas bukan dari YPI.

Di suatu pusat penyembuhan prana, ada yang melatih penyembuhnya sendiri, tanpa melalui kursus yang resmi. Memang kalau itu dilakukan dengan benar dan yang mengajarkannya kompeten, tidak akan timbul masalah, tetapi kalau sampai terjadi sesuatu yang fatal, tidak dapat tidak imbasnya akan merusak citra Penyembuhan Prana secara keseluruhan.

Juga di sebuah kota, pernah ada yang menyelenggarakan kursus Yoga Arhatik tingkat persiapan. Selepas mengikuti kursus Yoga Arhatik yang “mahal” itu, begitu pulang ke kotanya, seorang murid menyelenggarakan sendiri Lokakarya Yoga Arhatik yang dipandunya sendiri, tentu saja dengan biaya yang murah, tetapi adakah “power”nya? Dapatkah seseorang yang mempunyai niat yang tidak murni mengajarkan pemurnian diri?

Ketika Master Choa diberi tahu tentang hal ini, dengan ringan dan bijak beliau berkata: “Tidak jadi masalah, yang penting banyak orang yang bisa menerima manfaatnya. Nanti akhirnya orang akan tahu juga, sumber sebenarnya dari teknik penyembuhan ini.” Dan di lain kesempatan beliau mengatakan: “Tetapi penghargaan seharusnya diberikan kepada yang berhak.”

Dalam sebuah perdebatan, ada orang yang mencoba memberikan pembenaran: “Bukankah setelah kita mengikuti kursus bahasa Inggris, mengetik atau Microsoft Office sampai menguasainya, kita kemudian boleh saja membuka kursus bahasa Inggris, mengetik atau Microsoft Office? Apa bedanya dengan Prana?
Sebenarnya tidak semua kursus dapat diperlakukan demikian, banyak kursus-kursus lain yang dipatenkan, semisal kursus pemberdayaan diri, kursus kepribadian dan sebagainya.

Lain halnya dengan Lokakarya Prana, selain YPI mempunyai hak tunggal untuk menyebar-luaskan Ilmu Penyembuhan Prana keseluruh wilayah Indonesia, juga karena dalam ilmu esoteris semacam ini, energi Guru merupakan hal yang paling penting, tanpa aliran energi dan restu dari seorang Guru, ilmu esoterik tidak punya kekuatan, tidak punya power, sehingga sulit dipahami, pertanyaan-pertanyaan yang timbul selama lokakarya menjadi kurang bermutu, karena sebenarnya hal yang ditanyakan sebelumnya sudah dibahas dan dijelaskan, dan tentu saja juga karena pengajarnya tidak dibekali pengetahuan untuk mengatasi hal semacam ini.

Satu hal lagi, menyelenggarakan lokakarya Prana sebenarnya sangat mudah, Anda tinggal menghubungi YPI, dan kemudian YPI akan mengirimkan pelatihnya. Mau kursus reguler, mau mini orientasi, mau kursus sosial, tinggal diatur.

----------

No comments: