Friday, October 3, 2008

Sukacita


SUKACITA

Oleh : Efix

Dalam pertemuan yang diadakan oleh perkumpulan Alumni Lokakarya Penyembuhan dengan Tenaga Prana awal Maret yang lalu, secara menarik dibahas ‘rasa suka cita’ yang mempengaruhi kehidupan kita secara menyeluruh termasuk juga kemampuan penyembuhan kita.

Banyak orang bilang bahwa memelihara rasa kuatir, sedih, kecewa, marah, takut serta beberapa perasaan lain secara berlebihan dapat mengakibatkan penyakit. Bahkan penyakit tersebut terkadang susah terdeteksi dengan pengobatan kedokteran, karena penyebab penyakit bukan oleh virus dan sejenisnya melainkan oleh perasaan berlebihan yang berlarut-larut. Di kota asal saya di Jawa tengah, waktu kecil dulu saya sering mendengar para orang tua menasehati sesama tetangga: “Jangan sedih… nanti sakit TBC lho”. Waktu itu saya bingung apa hubungannya sedih dengan TBC, tapi ternyata menurut teori akupunktur, emosi atau perasaan yang berlebihan itu dapat mempengaruhi organ. Misalnya : Sedih mempengaruhi paru-paru; Marah mempengaruhi Hati; Takut mempengaruhi Ginjal, dan sebagainya. Oleh karena itu baru sekarang nyambung kenapa kalau orang sedih bisa TBC, sebabnya yaitu tadi, kalau orang memelihara perasaan sedih secara berlebihan, akibatnya akan memperlemah organ paru-paru, sehingga tentu saja mudah terserang penyakit yang ada hubungannya dengan paru-paru, antara lain TBC.

Oleh karena itu jangan sedih melainkan bergembiralah, namun tentu saja dalam batasan yang wajar. Maksudnya bila kita teringat akan suatu hal yang lucu boleh saja tersenyum, namun kalau ingatnya pas di tempat umum sedang kita hanya sendirian, ya… untuk sementara ditahanlah. Kalau mendadak ngikik sendiri kan bikin bingung orang sekitar kita.

Bulan Maret yang lalu, di tempat Ibu Oemi Hermanto, salah satu alumni penyembuh prana yang rumahnya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta. Dalam pertemuan berkala Alumni Penyembuh Prana diadakan ceramah tentang Kegembiraan Untuk Penyembuhan (Sukacita) atau bahasa Inggrisnya “Joy”, yang dikemas dan diberikan secara amat menarik oleh seorang trainer prana.

Dalam mengupas kegembiraan atau keceriaan tersebut kita diajak kembali ke masa kanak-kanak, sebab sifat seorang anak antara lain ialah: Gembira, kagum serta rasa syukur. Coba kita putar mundur masa kanak-kanak kita, bila ada kata rencana piknik, maka beberapa hari sebelumnya dada kita sudah penuh dengan perasaan gembira. Kita tidak memperdulikan apakah busnya pakai AC, konsumsinya enak atau tidak, cuaca baik atau mendung bahkan hujan, tujuannya menarik atau tidak……. semua itu tidak terpikirkan. Yang terpikir hanya satu yaitu PIKNIK! Apapun yang akan terjadi mereka terima dengan penuh syukur dan sukacita. Coba pikir, waktu kita kecil kalau hujan bukannya berteduh, malahan main hujan-hujanan kan?

Sebenarnya kegembiraan atau keceriaan itu ada di diri semua orang, sebab hal ini sudah merupakan perlengkapan standard tiap orang, atau dengan kata lain sudah ‘build in” dalam kalbu masing-masing, walau dengan pengalaman yang berbeda. Lagu anak maupun kembali ke masa kanak-kanak diatas hanya merupakan pelatuk (trigger) untuk membantu mengaktifkan keceriaan yang terdapat pada tiap orang tersebut.

Nah dalam ceramah Kegembiraan Untuk Penyembuhan ini untuk membantu menghadirkan perasaan sukacita yang ada di dalam diri kita maka kita diminta untuk membayangkan masa kecil kita. Yah… lebih kurang umur 7 tahun. Kita diajak menggali kembali kegembiraan-kegembiraan yang pernah kita nikmati mengalir secara alami. Untuk membantu menghadirkan kegembiraan tersebut diputar lagu anak-anak. Selain itu dibantu pula dengan arahan yang lain misalnya:
  • Masa ulangan umum telah usai dan Ibu/Bapak guru akan mengadakan Study Tour ke beberapa kota dengan menyewa bus.
  • Ke pantai, guling-gulingan bermain pasir tidak peduli apakah pakaian kita akan menjadi kotor, melihat kapal api yg lewat di lautan
  • Ke alun-alun melihat sirkus/sekaten/pasar malam, menonton komidi putar, menonton motor berputar di tong setan.
  • Ke pusat kota melihat pawai dan mobil hias, sambil jajan.
  • Liburan beserta keluarga ke tempat kakek/nenek di luar kota dengan suasana pedesaan seperti bermain-main di pematang sawah dan malam hari berkumpul di halaman memandang bintang dilangit dan bulan yang bersinar terang.
Ditambahkan lagi bahwa kegembiraan dapat dipakai sebagai sarana pembantu penyembuhan prana. Karena kegembiraan selain memperbesar tubuh energi, merangsang sistim hormonal dan kelenjar getah bening juga memurnikan sistim emosi kita. Pada saat bergembira kita tidak mungkin mempunyai niat untuk bergosip ataupun mempunyai perasaan benci, iri, dengki, cemas, takut serta perasaan negatif yang lain.

Dalam keadaan sekarang ini kita dapat juga meningkatkan kegembiraan dengan berbagai jalan, antara lain:
  • Melayani sesama (sacrificial services)
  • Meningkatkan iman, kepercayaan dan ketulusan.
  • Menjaga tubuh yang sehat serta hati yang penuh damai.
Sesudah keceriaan timbul, dengan penuh cinta kasih, pusatkan melalui cakra jantung, biarkan mengalir terus menerus laksana mata air, bagikanlah kepada sesama, bisa juga dengan membantu mereka menemukan kegembiraan, membantu mereka bersyukur. Bila Anda melakukan hal ini pada pasien Anda, niscaya pasien anda tersebut akan lebih mudah disembuhkan.

Coba perhatikan, orang bisa bahagia meski tidak didampingi keceriaan, namun untuk menjadi ceria biasanya harus dilandasi dengan bahagia dulu.

Anda dapat lebih mendalami apa yang diuraikan di halaman ini dengan membaca buku JOY FOR HEALING karangan Torkom Saraydarian.

----------

No comments: