Friday, October 17, 2008

Pasangan yang Serasi


Menentukan Pasangan yang Serasi


Oleh : Bernard Prasodjo

Tulisan berikut ini merupakan rangkuman dari berbagai tulisan dan hasil perbincangan serta diskusi dengan beberapa orang sahabat. Bagi para remaja yang ingin memilih pacar, para pemuda dan pemudi yang ingin memilih pasangan hidup, maupun orang tua yang mau mencari menantu, mereka semua sebaiknya mempertimbangkan apa yang ditulis berikut ini.

Memang dalam memilih pasangan hidup, banyak kriteria yang harus dipenuhi, dalam budaya Jawa harus dilihat bibit, bebet dan bobotnya, keturunan, riwayat hidup dan sifatnya. Tetapi dalam tulisan berikut kita akan lebih menekankannya pada bobotnya.

Ada beberapa sifat yang dari sudut pandang esoterik sudah merupakan “kartu mati”, mereka adalah orang yang terlalu mementingkan dirinya sendiri, tidak mau kalah, suka bertengkar, kasar dan suka memukul, tidak menghargai waktu, tidak sopan, terlalu suka bersenang-senang, tidak mempedulikan peningkatan spiritualitas dan yang sejenisnya. Kesemuanya ini sudah di luar kriteria yang berikut.
  1. Keduanya sebaiknya mempunyai sifat yang serasi dan saling melengkapi.
  2. Keduanya sebaiknya sama-sama mempunyai keinginan untuk maju.
  3. Keduanya sebaiknya sama-sama mempunyai minat untuk menyumbang.
Kalau kita cermati ketiga kriteria di atas, nampak bahwa kriteria di atas sangat lain dibandingkan dengan kriteria yang biasa kita jumpai dan membuat orang bertanya-tanya, apa arti serasi di sini? Kenapa harus punya minat maju dan suka menyumbang? Semua itu untuk menjaga agar hubungan keduanya bisa langgeng, bahagia, penuh kelimpahan dan kemakmuran, serta berspiritual tinggi. Mari kita bahas satu demi satu.


Sebaiknya punya sifat yang serasi

Yang dimaksud serasi di sini adalah pasangan yang nantinya disatukan dalam kehidupan suami isteri ini mau saling menyesuaikan diri dan saling mengalah, bisa hidup dengan tenteram tanpa banyak perbedaan pendapat dan bertengkar.

Kalau yang satu mudah marah, yang lainnya haruslah orang yang sabar.
Kalau yang satu sembrono, yang lain harus teliti.
Kalau yang satu jorok (tidak rapi, tidak bersih, tidak tertib), yang lain harus rapi dan suka kebersihan.
Kalau yang satu cerewet, yang lain sebaiknya pendiam.
Tetapi kalau yang satu lebih kerasan tinggal di rumah, yang lain sebaiknya juga demikian.
Kalau yang satu sangat hemat yang lain juga harus bisa menyesuaikan diri, jangan boros.
Kalau yang satu suka berkumpul dengan keluarga besarnya, yang lain juga seharusnya demikian.

Di atas adalah sedikit contoh pasangan yang kedepan lebih mudah menjadi serasi. Tentu saja masih sangat banyak hal lain yang termasuk dalam kriteria pertama ini.


Keduanya sebaiknya sama-sama berkeinginan untuk maju

Dapat kita bayangkan bagaimana kalau seorang sajana mempunyai seorang pasangan yang SD saja tidak lulus, mungkin dia cantik atau tampan, mungkin dia rajin dan baik hati, tetapi kalau diajak bicara tidak ‘nyambung’, dan tidak bisa diajak berdiskusi. Yang satu terlampau tinggi bagi yang lain, ini merupakan benih ketidak serasian.

Kalaupun pada mulanya pasangan itu mempunyai jenjang pendidikan yang sama tingginya, tetapi dalam perjalanan hidupnya, yang satu terus belajar, terus meningkatkan pengetahuannya, terus melanjutkan pendidikannya sampai S2, S3 dan seterusnya, dan yang lain sibuk dengan kegiatannya sendiri, lupa meningkatkan diri, dia akan tertinggal.

Kalau yang satu punya minat pada peningkatan spiritual, maka yang lain seharusnya juga mempunyai minat yang sama, sehingga mereka bisa bermeditasi bersama, membahas spiritualitas dengan tingkat pemahaman yang sama.

Kalau yang satu terus meningkatkan spiritualitas, terus berlatih Arhatik Yoga sampai tingkat yang tinggi, dan yang lain hanya sampai psikoterapi, maka dalam berlatih meditasi saja sudah tidak bisa bersama-sama lagi, apalagi untuk membahasnya, itu tidak mungkin dilakukan. Karena kita tidak boleh membahas Arhatik Yoga dengan mereka yang belum mengikutinya, bikin bingung. Dan itu bisa menyebabkan ketidak serasian. Sebaiknya pasangan suami isteri berusaha untuk maju bersama-sama.


Sebaiknya sama-sama mempunyai minat untuk menyumbang

Kita sudah belajar Hukum Karma. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai; Dengan memberi, kita akan menerima. Kalau kita menanam sebiji mangga, nanti pada waktunya setiap musim kita akan memetik banyak buah mangga. Jadi apa yang kita tanam, itu akan kita tuai berlipat ganda.

Ini adalah rahasia kemakmuran, dengan banyak menyumbang, rejeki kita akan berlimpah. Dengan hukum karma, kita bisa merencanakan kehidupan kita, mau menikmati kekayaan dengan hati gembira, menyumbanglah dengan penuh kerelaan dan suka cita. Mau hidup sehat, sembuhkanlah orang lain.

Itulah sebabnya, dalam kehidupan berkeluarga, menyumbang itu penting, kalau yang satu suka menyumbang, tetapi yang satu kikir, maka akan selalu timbul percekcokan. Tetapi kalau keduanya suka menyumbang, maka mereka akan bersama-sama merencanakan kemana sumbangan mereka akan diberikan dan bersama-sama melaksanakan dan menikmati hasilnya.


Kesimpulan

Ketiga buah kriteria tadi menjamin bahwa kehidupan keluarga akan berjalan dengan lebih serasi dan lebih berkelimpahan. Para orang tua sebaiknya mengajarkan ini kepada anak-anaknya agar kelak kehidupan rumah tangganya sehat, bahagia dan sejahtera. Bagi para remaja, persiapkanlah diri untuk mulai membentuk kepribadian agar termasuk dalam kriteria di atas. Bagi pasangan yang akan menikah, masukkah Anda dalam kriteria di atas? Kalau belum segeralah menyesuaikan diri!

----------

No comments: