Saturday, September 13, 2008

Burung dari India

Seorang saudagar memelihara burung dalam sangkar. Ia akan berangkat ke India, tanah asal burung itu, dan menanyakan apakah burung itu mau oleh-oleh dari sana. Burung itu minta kebebasannya, tetapi ditolak. Karena itu ia minta saudagar itu pergi ke hutan di India, lalu mengabarkan keadaannya yang dikurung kepada saudaranya yang masih bebas.

Saudagar itupun menyampaikan pesan itu, dan begitu dia mengisahkan keadaan burung peliharaannya, seekor burung yang sejenis dengan burung piaraannya jatuh dari pohon, tak sadarkan diri di atas tanah.

Si saudagar berpikir bahwa burung itu pasti saudara burung piaraannya, dan merasa sedih telah menyebabkan kematiannya.

Ketika dia pulang, burung piaraannya bertanya apakah tuannya membawa kabar gembira dari India.
“Tidak,” jawab saudagar itu, “Kabar buruklah yang aku bawa. Salah seekor saudaramu tak sadarkan diri dan jatuh dekat kakiku ketika kusampaikan kabar tentang keadaanmu.”

Begitu kata-kata itu diucapkan, burung dalam sangkar itupun tak sadarkan diri dan jatuh ke dasar sangkar. “Kabar kematian saudaranya menyebabkannya mati juga,” pikir saudagar itu, dan dengan sedih diambilnya burung itu lalu diletakkannya di ambang jendela, segera saja burung itu bangkit dan terbang ke pohon terdekat.

“Kini kau tahu,” kata burung itu, “bahwa yang kau kira kabar buruk itu, ternyata merupakan kabar baik bagiku. Dan pesannya, yakni cara membebaskan diri, ternyata telah disampaikan lewat kamu yang dulu menangkapku.” Dan burung itu akhirnya terbang bebas merdeka.

Fabel Rumi ini merupakan salah satu pesan yang menekankan pentingnya pengajaran tak langsung terutama dalam Sufisme. Bukan pada sistem dan program.

----------

No comments: