Friday, September 5, 2008

Kristal Sintetis

Oleh: Bernard Prasodjo

Akhir-akhir ini dipasaran banyak dijual kristal kwarsa sintetis, bentuknya, kejernihannya mengundang para kolektor untuk membelinya guna melengkapi lemari pajang mereka. Tetapi kristal semacam ini tidak banyak gunanya bagi penyembuhan, karena kemampuannya untuk memadatkan, menguatkan energi, serta mengaktifkan chakra sangat minim. Kristal sintetis ini sangat sulit dibedakan dengan yang asli, yang menjualnyapun kadang-kadang tidak menyadari bahwa kristal yang diperdagangkannya sebenarnya adalah kristal sintetis.

Memang kristal kwarsa sintetis ini sangat murah, orang yang kurang memahami akibat buruknya, akan menarik keuntungan dengan menjual kristal semacam ini dengan harga kristal alami, kasihan pembelinya yang kemudian menggunakannya untuk melakukan penyembuhan, dan ternyata pasiennya tidak kunjung sembuh. Ini adalah akibat berantai dari penjualan kristal sintetis, atau secara kasar, kristal palsu. Kristal sintetis ini berbeda dengan kristal hiasan lampu gantung yang dibuat dengan memproses timah hitam. Untuk mengetahui ciri-ciri kristal sintetis, kita perlu mengetahui struktur maupun proses pembuatannya.

Kristal kwarsa

Kwarsa atau quartz terbentuk dari elemen tertentu dengan susunan yang teratur, susunan kimianya adalah SiO2 atau silikon dioksida. Kristal kwarsa alami ini terbentuk dalam suhu yang relatif rendah dan stabil, dengan tekanan yang rendah dan dalam jangka waktu yang lama. Kwarsa terbentuk dalam suhu di bawah 573 derajad celcius pada tekanan 1 atmosfir. Secara singkat prosesnya adalah sebagai berikut:

Silikon + oksigen + air + (panas dan tekanan) + waktu = kristal.

Ada dua jenis kristal kwarsa, yaitu kwarsa alpha (seperti yang biasa kita kenal) yang terbentuk dengan stabil dalam suhu di bawah 573 derajad Celcius dan kwarsa beta yang terbentuk dalam suhu yang tinggi (antara 573 derajad Celcius sampai 867 derajad Celcius), suhu yang tepat hingga kristal kwarsa ini dapat terbentuk tergantung sepenuhnya pada tekanannya. Kwarsa beta jarang dijumpai karena biasanya berada di kedalaman kerak bumi, walau mutunya tidak sebagus kristal alpha, namun sulit diperoleh.

Dalam skala Moh, kekerasan kristal kwarsa adalah 7, ini adalah mineral yang cukup keras. Sebagai perbandingan berikut ini adalah tingkatan kekerasan berbagai macam mineral dalam skala Moh:

Talkum : 1
Gipsum : 2
Calcite : 3
Fluorite : 4
Apatite : 5
Feldspar : 6
Quartz : 7
Topaz : 8
Corundum : 9
Intan : 10

Kristal Kwarsa sebelum dan setelah di asah

.

Kristal kwarsa ini tidak dapat dilarutkan dengan mudah, kecuali dalam air yang mengandung banyak karbonat atau dalam air yang sangat asin dan mengandung banyak clorine dan sodium.
Biasanya pada kristal asli terdapat retakan yang terjadi karena pembentukan alur yang terganggu, retakan itu disebut dengan conchoidal, yang lazim ditemui hampir di dalam setiap kristal.

Memiliki sifat Peizoelectric

Bila Anda secara bergantian memberikan tekanan dan kemudian melepaskan tekanan itu pada sebuah kristal kwarsa, maka saat terjadi perubahan tekanan pada strukturnya, sejumlah kecil arus listrik terpancar keluar. Jadi dengan memberikan tekanan berirama pada kristal kwarsa, bisa membangkitkan arus listrik. Sebaliknya, bila sejumlah kecil arus listrik diberikan pada sebuah kristal, struktur bagian dalamnya akan bergetar. Ini adalah prinsip yang digunakan pada generasi baru arloji quartz, kalkulator, komputer dan sistem stereo yang sangat akurat itu.

Triboluminescence

Luminescence adalah emisi radiasi yang muncul akibat penyebab luar selain panas. Triboluminescence adalah cahaya yang ditimbulkan oleh tekanan, gesekan, atau guncangan mekanis. Ini dengan segera dapat didemonstrasikan dengan menggosokkan dua buah kristal ditempat gelap. Pancaran cahaya yang berwarna kuning-oranye akan nampak. Anda juga akan mencium bau metal.

Katholuminescence

Katholuminescence adalah warna tertentu yang mucul ketika sebuah kristal kecil dibombardir dengan sinar kathoda. Agar warnanya nampak lebih jelas, ini harus dilakukan di ruang hampa.

Struktur kristal kwarsa

Dasar pembentukan kristal kwarsa adalah silika tetrahedra. Pada kwarsa, tetrahedra ini menghubungkan sudut ke sudut untuk membentuk kristal ini. Sebuah silika tetrahedra terdiri dari sebuah atom silikon yang dihubungkan dengan empat buah atom oksigen dalam jarak yang sama sehingga membentuk semacam piramid berkaki tiga, keempat segitiga yang terbentuk berukuran sama besar. Tetrahedra ini saling terhubung menjadi bentuk yang menyerupai cincin dan berlapis-lapis. Struktur tetrahedra ini berselang seling, yang satu dengan ujung ke atas, yang berikutnya dengan ujung ke bawah. Inilah yang menyebabkan terbentuknya alur-alur dalam kristal.

Obsidian

Rumus kimia obsidian juga SiO2, walau struktur molekulnya lebih jarang dan berbeda dengan kristal kwarsa alami, sehingga kekerasannya hanya sekitar 4,5 - 5 skala moh, jadi lebih lunak dari kristal kwarsa. Biasanya obsidian terbentuk dari lava yang mendadak menjadi dingin, misalnya karena lava yang mengalir ke danau atau ke laut, ada berbagai macam warna obsidian, putih, kuning, hijau muda, biru kehijauan, biru tua, ungu dan sebagainya, itu tergantung pada bahan lain yang tercampur ke dalamnya ketika pembekuan terjadi.

Obsidian berbentuk bongkahan yang cukup besar, sangat berbeda dengan kristal kwarsa yang secara alami ditambang dalam bentuk cluster dan berpenampang segi enam. Butiran kecil obsidian yang secara alami menjadi bulat dan dihaluskan oleh angin atau air disebut “apache tears”, air mata apache.

Kristal kwarsa buatan

Ciri-ciri dan susunan kimiawi dan alur kristal kwarsa hidrotermal (yang banyak digunakan untuk melakukan penyembuhan) sudah cukup banyak diketahui sehingga memungkinkan orang meniru proses pembentukannya. Hal semacam ini dilakukan dalam laboratorium, dan belakangan ini merupakan industri yang cukup menguntungkan.

Sebuah tabung besar yang terbuat dari logam campuran yang tebal yang dibentuk secara khusus, sehingga mampu menahan tekanan sebesar 40.000 psi, sebagian tabung diisi dengan silikon sintetis yang disebut dengan istilah lasca, kemudian ditambahkan air ke dalamnya. Diparuh bagian atas dari tabung vertikal itu digantungkan lempengan kwarsa yang disebut dengan “benih kristal,” kemudian tabung itu ditutup rapat dan digantung, tetap dalam posisi vertikal. Setelah itu paruh bagian bawah dimasukkan kedalam tungku dengan suhu yang sangat panas.

Air yang dipanaskan ini kemudian melarutkan lasca tadi, yang kemudian karena penguapan, dia naik, mendingin dan menumpuk pada benih kristal, ini terus berlangsung sehingga benih kristal tadi terus dilapisi dengan lebih banyak cairan yang jenuh dengan silika yang dipanaskan.

Pertumbuhan kristal terus dimonitor dengan memancarkan sinar-X menembus bagian atas tabung untuk memeriksa ukuran kristal yang ditumbuhkan. Pertumbuhannya harus seragam dan konstan, karenanya suhu tungku maupun suhu ruangan benar-benar dikontrol dengan cermat, kadang dengan menggunakan komputer. Setelah kira-kira dua minggu sampai 30 hari, tabung itu perlahan-lahan dibiarkan mendingin, lalu dibuka dan hasilnya diangkat.

Proses semacam ini bisa menghasilkan kristal kwarsa sintetis sampai sepanjang 18 sentimeter dalam jumlah yang cukup banyak, tergantung dari besarnya tabung. Dalam proses ini, dibutuhkan suhu sekitar 3500 derajad celcius dan tekanan yang setara dengan 60 atmosfir. Kadang-kadang, sebuah perusahaan memiliki lebih dari 20 tabung penumbuh kristal.

Ada cara pembuatan kristal sintetis lain yang lebih sederhana, namun lebih “asli,” yaitu dengan memanaskan kristal-kristal kwarsa yang berukuran mini sampai mencair, kemudian didinginkan, tentu saja hasilnya adalah bongkahan sejenis obsidian, warnanya sedikit kekuning-kuningan atau berwarna seperti teh. Bongkahan ini kemudian dipotong dan dibentuk hingga menyerupai kristal kwarsa alami, yang cirinya adalah berpenampang segi enam dengan ujung runcing. Tentu saja kedua jenis kristal buatan ini tidak mempunyai kemampuan peizoelectric maupun triboluminescence.

Perdagangan kristal

Karena merasakan sulitnya mencari kristal, terutama ketika lokakarya penyembuhan dengan kristal hendak diselenggarakan, maka penulis mencoba untuk menyediakan dan mencari kristal keberbagai sumber. Lama-kelamaan, setelah beberapa kali terkecoh, penulis menjadi lebih berpengalaman dan lebih memahami seluk beluk kristal. Misalnya, di sebuah pasar batu perhiasan di Jakarta, ada pedagang yang menawarkan kristal yang berdiameter 3 centimeter dengan tinggi lebih dari 8 centimeter dengan harga Rp. 50 000,-, setelah tawar-menawar kita dapat memperoleh kristal seperti itu seharga Rp. 15 000,- pada hal seharusnya kristal kwarsa alami seukuran itu berharga lebih dari Rp. 450 000,-. Karena murahnya, walau ragu, penulis membeli 2 buah kristal tadi untuk mencoba menguji keasliannya. Ternyata itu kristal palsu yang terbuat dari obsidian putih dengan kekerasan sedikit di bawah 5 skala moh. Cara termudah untuk membedakannya dengan kristal asli adalah dengan merasakan temperaturnya, ketika disentuh, kristal asli ternyata lebih dingin, dan ketika ditimbang juga lebih berat, walau besarnya sama.

Secara umum, jarang sekali ditemukan ada kristal setinggi lebih dari 10 centimeter yang jernih mulus tanpa retakan sedikitpun, walaupun dengan sedikit keberuntungan, kadang kita bisa memperolehnya, itupun jumlahnya tidak lebih dari 5 buah dan dengan harga yang cukup tinggi. Tetapi belakangan ini pasaran kristal dibanjiri dengan “kristal” yang nampak begitu bening tanpa cela. Itu kebanyakan adalah kristal sintetis hasil industri. Tentu saja kristal jenis ini akhirnya sampai ke pemakai dengan harga yang cukup tinggi juga.

Memang harga kristal asli yang sudah diasah dan dipoles dipasaran adalah antara Rp. 5000,- sampai Rp. 10 000,- setiap gramnya, tergantung pada mutu, bentuk, kejernihan dan ukurannya. Itu bisa dimaklumi karena dari kristal mentah, agar menjadi kristal untuk penyembuhan yang bermutu dia harus dipotong, kadang sampai separuhnya, ini untuk membuang retakan dan warna susu yang ada di pangkalnya, kemudian setelah itu baru diasah dan di poles, jadi dalam prosesnya berat yang terbuang cukup banyak, kadang lebih dari separuhnya.

Kristal dari China

Selain melalui internet, penulis juga mencari kristal sampai ke China. Ada sebuah desa satu jam perjalanan dari Guangzhou, yang merupakan pusat penjualan kristal dan batu-batuan. Dengan jujur pedagang kristal di sana akan menawarkan kristalnya: Yang ini asli, harganya lebih mahal, yang ini kristal buatan, harganya jauh lebih murah. Walaupun kalau kita lihat sepintas, mutunya persis seperti kristal asli, dimensinya yang tidak simetris, ukurannya yang tidak seragam, semua yang mengesankan keaslian ada di sana. Kita tinggal memilih mau yang mana. Untuk yang buatan, kita bisa memesannya berapapun banyaknya, nanti akan segera dikirim sampai ke rumah! Bahkan dengan ramah si penjual bercerita bahwa ada orang dari Indonesia yang telah memesan kristal buatannya sebanyak 2000 buah, itu baru dari satu pedagang dan satu pembeli, jadi jangan heran kalau Indonesia akan kebanjiran kristal, sayang sintetis! Maka berhati-hatilah ketika memilih kristal, jangan membeli disembarang tempat!

Memang sulit untuk membedakan kristal sintetis dari China ini dengan kristal kwarsa alami yang asli, kejernihannya, kekerasannya persisi sama, yang membedakan hanyalah struktur molekul dan kandungan silikonnya yang rendah. Dan yang perlu diingat: jarang ada kristal setinggi lebih dari 10 centimeter yang tanpa cacat, tanpa retakan sedikitpun. Tetapi pedagang di sana rupanya sudah begitu berpengalaman dalam menghadapi konsumen dari manca negara dan sudah bisa mengantisipasi dengan argumen seperti ini: “Kalau Bapak mau yang ada retakannya, bisa segera kami buatkan, mau berapa banyak?” katanya. Waduuh!!

Bagaimana membedakan kristal yang asli dan yang palsu.

Banyak juga penjual kristal yang tidak mengetahi bahwa kristal yang dijualnya palsu, apalagi pembelinya, berikut ini adalah beberapa cara menguji kristal untuk memastikan keasliannya.

Kalau Anda seorang pewaskita, dengan mudah Anda dapat mengetahui keaslian sebuah kristal. Kalau kita amati sebuah kristal asli secara vertikal dari dasarnya, akan nampak titik-titik cahaya yang merupakan titik kesadaran kristal tersebut.

Kalau Anda cukup peka, Anda bisa membandingkan pancaran energi pada ujung kristal, walau pancarannya tidak begitu kuat karena kristal itu belum dibersihkan dan diprogram. Pada kristal yang asli dengan mudah akan terasa pancarannya, sedangkan pada kristal palsu hampir tidak terasa.

Kalau Anda biasa menggunakan pendulum, Anda dapat mengetahui keaslian kristal Anda dengan merebahkan kristal Anda di meja, kemudian membiarkan pendulum Anda berputar di atasnya, kalau putarannya lebar diameternya, maka energi kristal Anda cukup besar, itu bisa terjadi karena adanya medan energi di seputar kristal itu. Anda tidak perlu mengajukan pertanyaan pada pendulum Anda.

Untuk lebih meyakinkan, bisa dilakukan dengan menjentik kristal Anda dengan jari, dengarkan suaranya yang jernih seperti logam yang dijentik keluar dari kristal Anda.

Anda dapat juga menguji kristal Anda dengan menggosokkan dua kristal Anda di tempat gelap. Kalau nampak ada nyala, maka kristal Anda asli. Tetapi berhati-hatilah, jangan sampai merusakkan kristal Anda.

Yang perlu Anda ketahui

  • Semakin jernih dan semakin besar sebuah kristal, akan semakin kuat energinya.
  • Kristal mentah (yang belum diasah dan dipoles) lebih cocok untuk melakukan penyapuan. Kristal yang sudah diasah dan dipoles bisa digunakan baik untuk penyapuan maupun untuk pemberian energi.
  • Kristal yang agak buram atau yang terlalu banyak retakannya juga lebih cocok untuk penyapuan. Untuk pemberian energi gunakanlah kristal yang lebih jernih.
  • Kristal susu dan kristal berwarna kopi (smokey quartz) sangat baik untuk pertahanan diri secara psikik.
  • Kistal perlu dibersihkan dan dikonsekrasikan dengan benar sebelum dapat digunakan dengan efektif untuk penyembuhan.
  • Sangat baik meletakkan kristal ditempat yang terang oleh cahaya alami, karena kristal sangat menyukai tempat yang terang alami.
  • Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kanker, jantung dan sebagainya dapat menggunakan kristal ketika sedang menyembuhkan atau disembuhkan, tetapi jangan terus mengenakan, membawa-bawa atau berada di dekat kristal dalam waktu yang lama. Ini dapat memperparah penyakitnya.
  • Jangan menggunakan kristal untuk bermeditasi, agar terhindar dari sindroma kundalini. Sindroma kundalini bisa muncul dalam bentuk insomnia, kelemahan fisik, rasa sakit diberbagai bagian tubuh, naiknya tekanan darah, dan badan terasa panas.

Hukum karma dan peraturan emas
Hukum karma menyatakan bahwa apa yang ditanam seseorang, akan dituainya pula.
Peraturan emas menyatakan demikian: “Jangan lakukan terhadap orang lain apa yang tidak kamu inginkan diperbuat orang lain terhadap dirimu.” Bila Anda tidak ingin ditipu atau dikecoh orang, maka bersikaplah jujur dan adil terhadap orang lain. Secara harafiah ini berlaku bagi semua orang, apapun profesinya.

Dalam memperjual-belikan kristal, hal di atas juga berlaku. jadi lebih baik dari awal kita menghindarkan diri dari memperjual-belikan kristal yang diragukan keasliannya.

———-

No comments: