Wednesday, December 3, 2008

Cinta Seorang Kakak


Penulis tidak diketahui

Seperti setiap ibu yang baik, Karen menyadari bahwa seorang bayi akan segera muncul, dia melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu anaknya yang baru berusia tiga tahun, Michael, untuk mempersiapkan diri menerima kehadiran seorang adik. Mereka sudah tahu kalau bayi yang akan segera lahir ini perempuan, dan hari demi hari, malam demi malam, Michael menyanyikan lagu untuk adiknya yang masih berada di perut ibunya.

Perkembangan kehamilannya normal, kemudian rasa sakit tanda mau melahirkan mulai datang, setiap lima menit. Namun terjadi komplikasi selama proses melahirkan, itu berlangsung selama berjam-jam, apakah dibutuhkan operasi Caesar? Akhirnya adik kecil Michael lahir. Namun dia dalam kondisi yang serius. Dengan sirene meraung di kegelapan malam, ambulan bergenas membawanya ke ICU (Intensive Care Unit/Unit Gawat Darurat) khusus untuk bayi yang baru lahir di rumah sakit lain.

Hari terasa berjalan sangat lambat. Gadis kecil itu bertambah buruk keadaannya. Dokter anak mengatakan pada orang tuanya, “Dia hanya punya sedikit harapan. Bersiaplah untuk hal yang terburuk.” Karen dan suaminya menghubungi tempat pemakaman setempat untuk meminta sebuah lokasi untuk memakamkan anaknya. Mereka telah menyiapkan ruang khusus di rumah mereka untuk bayi yang baru lahir itu, tapi sekarang mereka malah merencanakan upacara pemakaman!

Michael, terus saja meminta pada orang tuanya untuk menemui adiknya, “Aku ingin menyanyikan lagu untuk adikku,” katanya. Minggu kedua di ICU, nampaknya upacara pemakaman akan dilaksanakan sebelum minggu ini berakhir. Michael terus merengek untuk menyanyikan lagu untuk adiknya, namun kita tahu bahwa anak kecil tidak pernah diizinkan masuk ICU. Namun Karen berubah pikiran. Dia akan membawa Michael baik mereka setuju atau tidak. Kalau dia tidak menemui adiknya sekarang, dia mungkin tidak akan melihatnya ketika dia masih hidup.

Karen memakaikan baju suci hama yang kebesaran, karena semua orang yang hendak masuk ICU harus mengenakannya. Dia kelihatan seperti keranjang cucian berjalan, tetapi kepala perawat mengenalinya sebagai anak kecil dan mendengus, “Keluarkan anak kecil ini dari sini sekarang! Tak seorang anakpun diizinkan masuk ICU.”

Naluri keibuan Karen segera muncul dengan kuat, dan wanita yang biasanya lemah lembut itu menatap mata kepala perawat dengan pandangan tajam, mulutnya terkatup rapat. “Dia tidak akan pergi sampai dia bernyanyi untuk adiknya!” Karen menuntun Michael ke samping tempat tidur adiknya. Dia menatap bayi mungil yang terus berjuang untuk hidup itu, dan dia mulai menyanyi. Dengan suara tulus seorang anak berumur 3 tahun, Michael mulai bernyanyi:

"You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are gray " segera bayi mungil itu merespon. Denyut nadinya menjadi tenang dan teratur. Teruslah menyanyi Michael. "You never know, dear, how much I love you, Please don't take my sunshine away---"

Napas yang tidak beraturan dan tersengal itu menjadi sangat teratur. Teruslah menyanyi Michael, “The other night, dear, as I lay sleeping, I dreamed I held you in my arms..." Adik kecil Michael sekarang tertidur tenang, nampaknya kesembuhan mulai menyelimutinya. Airmata menaklukkan wajah garang kepala perawat. Wajah Karen mulai bercahaya.
"You are my sunshine, my only sunshine. Please don't take my sunshine away.... Bayi kecil itu sudah cukup sehat untuk pulang!” Sebuah majalah wanita menyebutnya “Mukjizat nyanyian seorang kakak.” Staf rumah sakit hanya menyebutnya sebagai keajaiban. Karen menyebutnya sebagai Keajaiban cinta Tuhan.

Bagi Tuhan memang tak ada yang mustahil.

----------

No comments: