Saturday, September 13, 2008

Tiga Nasihat

(MP 33)

Pada suatu hari ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, “Aku tak berguna bagimu. Lepaskan saja aku, nanti kuberi kau tiga nasihat.”

Si Burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu, yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon, dan yang ketiga ketika sudah mencapai puncak bukit.

Orang itu setuju, dan meminta nasihat pertama. Kata burung itu, “Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun kau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal.”

Orang itupun melepaskannya, dan burung itu segera melompat ke dahan.

Disampaikannya nasihat yang kedua, “Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tidak ada bukti.”

Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, “O manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi membunuhku, kau akan memperolehnya!”

Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, “Setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!”

Si burung menjawab, “Alangkah tololnya kau, meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali! Sudah kukatakan padamu agar jangan kecewa kalau kehilangan, dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku toh tidak cukup besar untuk bisa menyimpan dua permata besar! Kau tolol. Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia”

Catatan:
Dalam lingkungan darwis, kisah ini dianggap sangat penting untuk “mengakalkan” pikiran siswa, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan Sufi, kisah ini kedapatan juga dalam karya klasik Rumi, Mathnawi. Kisah ini ditonjolkan dalam Kitab KeTuhanan karya Attar, salah seorang guru Rumi. Kedua pujangga itu hidup di abad ketiga belas. (Dikutip dari Kisah-kisah Sufi, Pustaka Firdaus).

———-

No comments: