Friday, September 5, 2008

Love and Compassion

Penyembuhan Prana:

LOVE AND COMPASSION IN ACTION

Oleh : Bernard Prasodjo (MP 24)

Pada sebuah kesempatan, seseorang bertanya kepada Master Choa, apa sebenarnya inti dari penyembuhan prana? Jawaban beliau sangat singkat, penyembuhan prana adalah “Love and Compassion in Action,” Cinta dan Belarasa dalam Tindakan! Semakin direnungkan, nampaknya semakin terasa berat menerapkannya dalam kehidupan kita sebagai penyembuh prana.

Kita memang dituntut untuk bersikap penuh kasih sayang, ramah, sopan, tulus dan bersungguh-sungguh dalam menangani pasien kita. Karena sebagai seorang penyembuh prana diharapkan agar kita bisa menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Sungguh berat!
Penyembuhan dan meditasi

Penyembuhan prana dan meditasi, khususnya Meditasi Jantung Kembar seharusnya berjalan seiring, karena keduanya saling melengkapi. Kalau kita terus menyembuhkan tanpa bermeditasi, akan kurang efektif, darimana energi penyembuhan yang banyak kita butuhkan kita peroleh kalau tidak dengan cara melakukan meditasi? Sebaliknya bermeditasi terus, tanpa melakukan penyembuhan, akan menyebabkan kelebihan energi, itu akan membuat kita menjadi susah tidur, gelisah, dan akhirnya jatuh sakit. Energi yang kita peroleh dalam meditasi harus segera kita salurkan, yang paling bermanfaat adalah kalau dimanfaatkan untuk menyembuhkan.

Energi cinta dan bela rasa

Ketika kita berhadapan dengan pasien kita di ruang praktek, setelah berdoa mohon dijadikan alat penyembuh, mohon energi penyembuhan Ilahi, mohon dijadikan saluran energi penyembuhan Ilahi, mohon bimbingan, perlindungan dan pertolongan Tuhan, baru kita melakukan penyembuhan dengan hampir sepanjang waktu menyentuhkan telapak salah satu jari kita (bukan menyentuhkan ujung jari) ke tengah dada, maksudnya adalah untuk mengaktifkan cakra jantung, untuk memancarkan cinta kasih, kasih sayang, welas asih sambil memberikan energi ke pasien kita. Dengan demikian energi yang kita pancarkan menjadi semakin lembut, kalau energi kita lembut, maka akan lebih mudah diserap dan dicerna oleh tubuh energi pasien, sehingga penyembuhan yang kita lakukan menjadi lebih manjur dan pasien menjadi lebih cepat sembuh.

Ketika energi Ilahi yang disalurkan melalui diri kita mencapai tubuh eterik pasien kita, dia berubah menjadi energi berwarna keemasan, oleh orang yang bertubuh sehat kedua energi ini terasa sejuk dan nyaman, tetapi akan dirasakan panas oleh orang yang sedang terganggu kesehatannya. Ketika energi itu sampai ke tubuh fisik, dia berubah menjadi energi berwarna merah jambu, energi merah jambu adalah energi cinta kasih, yang pusatnya berada di cakra jantung. Jadi sebenarnya energi cinta kasih adalah bentuk lain dari energi Ilahi.

Dalam Meditasi Jantung Kembar yang merupakan pelayanan kita kepada seluruh dunia seisinya, yang mula-mula kita lakukan adalah mengaktifkan cakra jantung, yang adalah pusat cinta kasih kepada sesama, dengan terus memancarkan energi merah jambu atau energi cinta kasih ke bola dunia kecil yang kita visualisasikan berada di hadapan kita. Sambil kita berdoa:

Tuhan,
jadikanlah aku alat perdamaian-Mu…
Dimana ada kebencian, biarlah aku menabur cinta…,
Bila ada sakit hati, maaf…
Dimana ada keputus asaan, harapan…, keraguan, keyakinan…
Dimana ada kegelapan, terang.., kesedihan, suka-cita…

Dengan sering melakukan meditasi ini, kita seperti diingatkan kalau hendak berbuat kesalahan, ketika kita hendak marah, dendam atau benci kepada seseorang, terdengar di hati kita: di mana ada kebencian biarlah aku menabur cinta, di mana ada sakit hati, maaf. . . , jadi bagaimana mungkin seseorang yang sering melakukan meditasi mudah merasa dendam dan kecewa, tidak bisa mengontrol diri atau bahkan kemudian melakukan hal yang bodoh untuk melampiaskan ketidak senangannya, ketika hasil karyanya ternyata di tolak misalnya. Hal demikian akan merugikan tidak hanya dirinya sendiri, tetapi juga orang lain. Orang lain akan berpikir: “Katanya mendalami prana, kok tabiatnya masih seperti itu?” Orang sudah terlanjur mempunyai kesan bahwa kebanyakan orang yang menekuni prana pasti bertingkah laku penuh kasih sayang dan belarasa, sabar dan toleran, jujur dan murah hati. Jangan biarkan kesan yang baik itu rusak karena perbuatan kita.

Ketika kita hampir berputus asa, kehilangan arah, patah semangat, murung, atau sedih, kita akan di ingatkan dengan suara yang menggema dalam hati: Dimana ada keputus asaan, harapan; Keraguan, keteguhan iman. Dimana ada kegelapan, terang; Kesedihan, sukacita . . .

Jadi dengan melakukan meditasi jantung kembar kita juga dituntun untuk menjadi orang yang tenang, tegar dan bijaksana. Juga kalau semua hal di atas sampai dialami oleh orang lain, kita bisa membantu dengan mengalirkan energi cinta kepada mereka, kemudian dengan tegas dalam hati kita nyatakan:”Anda dapat mengatasinya!”

Setelah itu, cintakasih kita sudah memancar, karena cakra jantug kita sudah mengembang, dengan demikian kita bisa lebih mudah mengaktifkan cakra mahkota. Dengan cara menyadari cakra mahkota yang adalah pusat cinta Ilahi, kita bayangkan bola dunia kecil di depan kita dan dalam hati mengucapkan yang berikut :

Dari sanubari Tuhan, biarlah seluruh bumi diberkati dengan cinta-kasih kebaikan ….,

Kemudian kita juga berdoa agar seluruh bumi seisinya diberkati dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang besar, dengan pengertian, keselarasan dan kedamaian, dengan hasrat untuk berbuat baik dan melakukan hal yang berguna . . . , kemudian kita bayangkan orang-orang tidak hanya bicara, tetapi melakukan sesuatu yang berguna, terutama mencerminkan kebaikan dan cinta dalam kehidupannya.
Jadi seharusnya sebagai seorang penyembuh prana, apalagi yang senior, apalagi yang sudah tak terhitung seringnya melakukan Meditasi Jantung Kembar bahkan memimpinnya, apalagi yang sudah memiliki belasan sertifikat berbagai kursus prana, terutama Yoga Arhatik, dia pasti sudah paham betul mengenai pembentukan watak dan karma, sudah paham betul dalam mempraktekkan cinta dan belarasa, karena dia sudah belajar bagaimana “meningkatkan spiritualitas”. Dan sudah paham betul Kode Etik Penyembuh Prana.

Seperti dalam meditasi, sudahkah kita menjadi pembawa damai? Sudahkah kita mengalah? Atau kita malahan memusuhi banyak orang karena masalah uang, kebanggaan dan menganggap diri paling baik? Kalau demikian, adakah rasa damai dan ketenteraman dalam diri kita? Adakah kebahagian dan kegembiraan dalam diri kita? Adakah cinta dan belarasa dalam diri kita? Adakah kesehatan dan kebugaran dalam diri kita?

Dalam banyak kasus, orang yang sakit-sakitan atau sakit berat biasanya disebabkan oleh kurangnya cinta kasih dan belarasa dalam dirinya. Dengan mengakui kesalahan, dengan mohon ampun kepada Tuhan, dengan memaafkan, kesehatannya akan berangsur membaik. Atau dalam bahasa prana: dengan mengaktifkan cakra jantung, akan terpancar energi kasih sayang, energi ini kemudian menyebar keseluruh tubuh, sebagian besar menuju ke cakra mahkota, mengaktifkannya, sehingga dia memancarkan energi Ilahi berwarna keemasan, kedua energi ini adalah energi penyembuhan yang sangat ampuh. Bila sepasang energi ini memenuhi seluruh tubuh, maka kesembuhan akan mudah terjadi.

Dalam perbincangan, analogi berikut sering digunakan. Sebelumnya perhatikan dahulu diagram berikut ini:

Diagram di atas bisa dijabarkan sebagai berikut: Seseorang yang sakit-sakitan, sudah berobat ke mana-mana, ke berbagai dokter, ke macam-macam penyembuh alternatif, sudah segala macam obat (medication) yang dia minum, termasuk ramu-ramuan, tetapi tidak kunjung sembuh juga, padahal orang lain yang meminum obat atau ramuan tersebut bisa sembuh. Kalau sudah demikian dia harus bertanya-tanya, dia harus mencari penyebab (cause) mengapa penyakitnya tidak bisa sembuh, untuk itu dia harus merenung, dia harus bermeditasi (maka dalam gambar huruf C digantikan dengan huruf T), sehingga kata MEDICATION berubah menjadi MEDITATION, dia harus terus bermeditasi atau merenung, mencari apa sebenarnya penyebab sakitnya, banyak penyakit bermula dari gangguan emosi, misalnya rasa iri, benci, cemburu, kesombongan, kemarahan dan sebagainya yang menumpuk dan lama terpendam, setelah akhirnya dia ketahui penyebabnya, dia harus menjadikannya sebagai guru (teacher), dan menerima dengan tulus pelajaran yang memang seharusnya diterimanya, kemudian memperbaiki kesalahannya dengan mengubah emosi-emosi negatifnya menjadi positif, menggantikannya dengan cinta dan belarasa, dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangnya. Dengan demikian kesehatannya akan berangsur pulih.

———-

No comments: