Sunday, September 7, 2008

Perjalanan ke Jerman

SEBUAH PERJALANAN SPIRITUAL

Oleh : Mega Nada

Kesan kami setelah melakukan perjalanan ke Jerman hingga saat ini adalah sangat luar biasa. Berawal dari banyaknya donasi murid-murid Prana yang tiada henti, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke Jerman, meskipun kami berempat sama sekali tidak paham bahasa Jerman, hanya berbekal keyakinan kuat dan penyadaran diri, bahwa semuanya telah diatur oleh Tuhan. Jadi pasrahkan saja kepadaNya.

Empat orang wakil Indonesia dari Bali

Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Udara Ngurah Rai dan kemudian transit di Bangkok. Selama 4 jam perjalanan Denpasar-Bangkok, kami disuguhi makanan khas Thailand yang sangat beraroma Indonesia, hanya saja cara pengolahanya lebih variatif. Dan sedapat mungkin kami tetap mengkonsumsi ikan dan buah-buahan. Transit di Bangkok, kami melakukan chek-in, lalu berjalan-jalan di sekitar bangunan pelabuhan udara Swarna Bhumi Bangkok. Di Thailand, penggunaan bahasa dan aksara rumit banyak dijumpai di seluruh tempat. Mirip dengan huruf palawa yang dikenal di Indonesia.

Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Frankfurt yang memakan waktu kurang lebih 13 jam. Selama waktu itu kami tentunya belum menyadari akan perbedaan waktu yang sangat besar. Kami mengira, saat bangun tidur berada di rumah masing-masing. Begitu melihat hari pagi, kami langsung bangun. Jam menunjukkan pukul 5.30 waktu setempat, sedangkan di Indonesia masih sekitar jam 22 malam. Tiba di Frankfurt pukul 6.00 waktu setempat. Suhu udara di luar terasa dingin. Dengan perbedaan waktu yang mencolok, mungkin kami sedang dalam proses penyesuaian karena jet lag.

Belum hilang rasa kaget itu, sesampainya di Frankfurt, kami langsung dijemput oleh warga Indonesia yang kebetulan berasal dari Bali, yang telah bermukim 18 tahun di Jerman. Jadi beliaulah yang mengurus segala keperluan kami selama di Jerman.

Dia adalah Gungtu, teman dari ipar Ibu Ning, yang bersuamikan orang Jerman. Jadi kami berempat selama di Jerman, tinggal di rumah Gungtu, yang beralamat di Haster Weg no. 36, Hannover, Jerman.

Kegiatan pertama kami pada tanggal 17 Mei 2008 adalah melakukan pelayanan Penyembuhan Prana di artshop Samnox. Uli, pemilik Samnox menyediakan tempat untuk melakukan penyembuhan dan ternyata di tempat itu telah banyak orang yang menunggu kedatangan kami. Kemudian kami mulai melakukan pelayanan selama kira-kira 2 jam. Saat itu kami masih dalam kondisi jet lag, sangat lelah, tetapi kami menguatkan diri untuk tetap melayani orang yang dengan rela menyisihkan waktu liburnya untuk mendapatkan pelayanan Prana. Para pasien yang datang terlambat memutuskan untuk datang keesokan harinya tanggal 18 Mei 2008, setelah itu Uli menyarankan kami untuk kembali ke Haster Weg dan istirahat. Para pasien yang datang begitu banyak, ini karena berita penyembuhan Prana di Samnox sebelumnya telah diiklankan oleh Gungtu melalui milis berbahasa Jerman ke seluruh negeri sekitar 2 minggu yang lalu, sebelum kami tiba di Jerman. Ada yang menarik selama perawatan berlangsung, ternyata orang di sana sebagian sudah mengetahui dan menjalankan meditasi dan Yoga. Dan rata-rata mereka reseptif serta peka. Jadi proses penyembuhan Prana berjalan dengan lancar. Banyak pasien yang menderita sakit telapak kaki, ada dua orang yang ingin punya anak dan ada yang sakit lumpuh.

Kegiatan kedua selama di Hannover adalah mengadakan pelatihan Prana tingkat Dasar selama 2 hari. Jumlah peserta lima orang, dan bertempat di rumahnya Gungtu. Selama pelatihan, mereka belajar dengan sangat serius. Ditambah dengan daya tangkap dan kepekaan tinggi, maka semua materi yang diajarkan dapat diserap dengan mudah dan lancar. Mereka orang-orang cerdas dan perkembangan spiritualnya rata-rata sudah bagus.

Setelah Lokakarya tingkat Dasar selesai, para peserta kembali ke kota masing-masing. Mereka bukan berasal dari Hannover, mereka adalah para pelajar dan mahasiswa yang tinggal menyebar di Jerman. Mereka datang hanya untuk menemui kami dan belajar Prana. Waktu itu tanggal 19 Mei 2008, Setelah Lokakarya selesai, 2 jam kemudian kami berangkat naik kereta api ke Hamburg, setibanya di sana, kami dijemput oleh seorang wanita yang juga berasal dari Bali, yang menikah dengan warga Jerman. Namanya Yuli, dia yang mengurus kami sampai di CCH atau Congress Centrum Hamburg atau Gedung Pusat Pertemuan Hamburg, yang sangat berdekatan dengan Hotel Radisson Hamburg.

Tepat pukul 23.00 waktu setempat, acara Wesak dimulai dengan diawali penyampaian wacana yang berjudul DUKHA, oleh Master Stephen Co. Selama acara berlangsung, ada salah satu peserta yang pingsan di baris pertama, dan Master Mendoza yang berada di deret kursi terdepan tampak ikut menanganinya. Acara demi acara berlangsung, dan ketika tiba saatnya untuk meditasi Wesak, seluruh peserta dipersiapkan untuk duduk menghadap ke Timur. Lalu mulailah terdengar rekaman suara GrandMaster Choa Kok Sui, seluruh peserta melakukannya dengan penuh hikmat. Itu adalah rekaman GrandMaster Choa Kok Sui pada waktu Wesak festival dua tahun yang lalu. Acara berakhir pukul 6 pagi waktu setempat pada tanggal 20 Mei 2008, diakhiri dengan tepuk tangan yang riuh sambil berdiri. Sungguh Luar biasa, acara ini dapat berjalan dengan sangat sukses dan sangat sempurna. Master Hermina Corcuera berkenan memberikan berkat kepada kami berempat, lalu mengantar kami ke para Master Prana di depan. Dan setelah Master Hermina menjelaskan semuanya, barulah para Master memberikan ucapan selamat kepada Pak Astawa dan Ibu Ningsih selaku pengajar dan pelatih yang telah bekerja keras, dalam menghasilkan delapan orang pelatih Prana di Bali dalam waktu satu tahun saja. Para Guru selalu mengajarkan kepada kami untuk tetap rendah hati, sekalipun pada waktu dipuji-puji, agar keegoan dan kesombongan diri tidak muncul.

Dalam perjalanan dari Hamburg menuju Hannover, kami menyempatkan diri jalan-jalan melihat isi kota Hamburg dan hutan hijau di Hannover. Khususnya taman bunga di dekat CCH dan hutan hijau di Hannover, maka jangan heran kalau Jerman disebut sebagai negara terhijau di Eropa.

Perjalanan ini memang sangat luar biasa dan sempurna, kami sangat berterimakasih dan mengucapkan syukur kepada Tuhan atas berkat yang melimpah ini. Banyak pengalaman dan pelajaran yang kami terima selama di sana. Pada akhirnya kami jauh lebih yakin bahwa apapun yang akan diberikan Tuhan kepada kami, kami akan selalu rendah hati dan tidak sombong.

Dua minggu setelah kami berada di Bali, kami mendapat berita mengejutkan dari Gungtu di Jerman, bahwa dua pasien prana yang mendambakan anak, telah positif hamil. Ini baru namanya berita yang sangat Heboh. Mereka yang di Jerman sangat menantikan kunjungan penyembuh Prana Bali berikutnya.
So Be It…! So Be It…! So Be It……!!

———-

No comments: