Saturday, December 13, 2008

Lakukan dengan Tulus

lakukanlah selalu dengan tulus hati

Seorang tukang kayu tua sudah siap untuk pensiun. Dia memberitahukan rencananya pada kontraktor majikannya. Dia telah bertekad mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pembangun rumah agar dapat menikmati hari tuanya dengan lebih menyenangkan, bersama isteri dan keluarga besarnya. Memang dia sepenuhnya sadar bahwa dia akan kehilangan penghasilannya, tetapi dia sudah lelah, dia perlu istirahat.

Sang kontraktor sangat menyayangkan kepergian karyawannya yang baik ini, tetapi tidak berhasil membujuk agar orang tua ini tetap bekerja padanya. Akhirnya sang kontraktor meminta agar dia bersedia membangunkan sebuah rumah lagi sebagai perekat hubungan baik yang sudah terjalin demikian lama.

Tukang kayu itu dengan berat hati terpaksa menyanggupinya, tetapi nampak jelas bahwa hatinya tidak lagi ada pada tugasnya, dia mengerjakannya dengan asal jadi saja dan bahkan bahan yang digunakannyapun bermutu sangat rendah. Itu adalah cara yang kurang baik dalam mengakhiri karirnya.

Ketika tukang kayu itu telah menyelesaikan tugasnya dan kontraktor atasannya telah memeriksa rumah itu, diserahkannya kunci rumah kepada orang tua itu dan berkata: “Rumah ini milikmu, ini sebagai hadiah dan tanda terima kasihku padamu!”

Dia terperanjat! Sungguh memalukan! Kalau saja dia tahu bahwa dia sedang membangun rumahnya sendiri, tentu dia akan mengerjakannya dengan cara yang sangat berbeda. Sekarang dia terpaksa tinggal bersama keluarga dalam rumah bermutu rendah yang dibangun asal jadi.

Demikian pula dengan kita, kitapun membangun kehidupan kita dengan asal jadi, lebih banyak berreaksi negatif dari pada bertindak benar, selalu melakukan sesuatu bukan dengan cara yang terbaik. Dalam hal yang penting sekalipun kita tidak melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kemudian dengan terkejut kita terpaksa menghadapi situasi yang kita ciptakan sendiri, dan baru menyadari bahwa sekarang kita tinggal di dalam rumah yang tidak kita bangun dengan baik, kalau saja kita menyadarinya dari dahulu, kita pasti akan bertindak dengan cara yang sangat berbeda.
Sekarang anggaplah diri anda sebagai tukang kayu, pikirkan rumah anda, setiap kali anda menancapkan paku, memasang papan atau mendirikan tembok, bangunlah dengan bijak. Ini adalah satu-satunya kehidupan yang sedang anda bangun, kalaupun hanya tersisa satu hari saja lagi untuk anda jalani, seharusnya hari itu anda jalani dengan penuh syukur dan dengan perasaan bahagia.

Kehidupan anda hari ini merupakan hasil dari sikap dan pilihan anda di masa lalu. Kehidupan anda esok hari merupakan hasil dari sikap dan pilihan yang anda buat hari ini.
----------

No comments: