Thursday, September 25, 2008

Kejujuran

KEJUJURAN

Disadur dari buku “The Golden Rules, the ten ethical values parents need to teach their children” karya Wayne Dosick. ( MP 27).

Sejak belia, kepada seorang anak sebaiknya sudah diperkenalkan, ditanamkan dan dibiasakan berlaku jujur dan adil, kalau sejak dini ini dilakukan oleh semua pihak, dapat dipastikan bahwa negara kita saat ini sudah sejahtera. Artikel berikut ini sangat baik menggambarkan bagaimana cara menanamkan kejujuran dan perilaku adil pada anak-anak kita, atau bahkan pada diri kita sendiri.

Suatu ketika seorang hakim tua diminta untuk menyelesaikan persengketaan di antara dua orang bersaudara mengenai pembagian tanah yang luas yang diwariskan ayah mereka. Hakim itu kemudian memutuskan: “Biarlah salah satu dari mereka berdua membagi tanah warisan itu menjadi dua, dan biarkan saudaranya memilih terlebih dahulu.”

Dalam skala yang jauh lebih kecil, ibu saya juga menggunakan sistem yang sama untuk menengahi pertengkaran antara saya dengan kakak saya ketika kami masih kecil.

Ibu menamakannya “aturan membagi kue.” Ketika kami bertengkar mengenai potongan kue yang kami terima, ibu memutuskan: salah satu dari kami yang membagi kue itu menjadi dua dan yang lain memilih terlebih dahulu potongan mana yang dia inginkannya.

Pembagian yang adil

Pada saat mereka berumur dua atau tiga tahun, anak-anak akan bereaksi bila mereka merasa bahwa wilayah, hak, dan rasa keadilan mereka terusik.

Di rumah, di tempat bermain, atau di sekolah, sering kali anak-anak terdengar berteriak,”Tidak adil!” Secara alami mereka mempertahankan hak mereka masing-masing, anak-anak dapat belajar menyampaikan nilai-nilai moral ini kepada orang lain.

Anda bisa mengajarkan kepada anak-anak bahwa orang yang bermartabat melakukan apa yang benar, jujur dan adil.

Walaupun tugas para orang tua modern tidak semudah kedengarannya, atau tidak sesederhana seperti dulu lagi.

Dalam masyarakat yang mempunyai berbagai definisi yang berbeda, sedemikian banyak kepentingan yang saling bersaing, begitu banyak tuntutan yang saling bertentangan, bahkan ketika pengadilan dipenuhi dengan perdebatan yang ingin memaksakan kebenaran dan keadilan versi masing-masing, bagaimana Anda dan anak-anak Anda tahu mana yang patut, mana yang adil, mana yang benar?

Untuk membantu mereka, dan juga Anda dalam memutuskan, ceritakanlah kisah berikut:

Seorang pemuda mengetuk pintu rumah seorang ibu, menawarkan apakah dia mau membeli rambutan lezat yang baru dipetik dari kebun keluarganya.

“Ya,” kata ibu tadi. “Aku sangat suka membeli rambutanmu yang segar itu. Biarkan aku membawa keranjang rambutanmu ke dalam, aku akan mengambil dan menimbang sebanyak satu kilo.”

Anak muda itu berdiri di beranda dan mulai bermain dengan anjing ibu tadi. “Silahkan masuk dan menyaksikan apakah aku menimbang rambutan ini dengan benar.” kata ibu itu. “Bangaimana kamu tahu aku tidak akan mencurangimu dan mengambil lebih dari sekilo?”

Anak muda itu menjawab, “Saya tidak khawatir bu, karena kalau itu ibu lakukan, ibu sendiri yang akan rugi.”

“Rugi?” tanya ibu tadi “Bagaimana mungkin? Apa maksud perkataanmu?”

Lalu anak muda itu berujar, “Kenapa? Kalau ibu mengambil rambutan itu lebih dari sekilo seperti yang harus ibu bayar kepada saya, saya hanya kehilangan beberapa buah rambutan saja. Tetapi ibu akan menjadikan diri ibu sendiri sebagai seorang penipu dan pencuri.”

Seperti yang dikatakan pepatah Rusia, “Dengan kejujuran, Anda dapat melakukan perjalanan keliling dunia. Dengan ketidak jujuran, Anda bahkan tidak dapat melewati perbatasan.”
Kisah yang lain

Di sebuah kota kecil, ada seorang hakim, di mana hanya ada seorang hakim lain lagi selain dirinya, yang melayani seluruh kegiatan pengadilan di situ, di mana-mana dia sangat dihormati karena keputusannya selalu adil dan tidak pernah memihak.

Suatu hari, isteri hakim itu naik pitam karena dia yakin bahwa pelayannya, seorang gadis yatim piatu yang miskin, telah mencuri barang berharga dari rumahnya.

Dengan ketakutan, tetapi dengan gigih pelayan itu menyangkal tuduhan majikannya itu, tetapi isteri hakim itu malah berkata, “Biar pengadilan saja yang memutuskan perkara ini nanti.”

Ketika hakim itu mendengar keputusan isterinya, dengan segera dia mengenakan pakaiannya yang terbaik.

“Mengapa kamu mengenakan pakaianmu yang bagus?” tanya isterinya. “Kamu tahu bahwa tidak pantas kalau kamu menemani aku ke pengadilan. Aku yakin aku dapat membela perkaraku sendiri.”

“Aku yakin kamu bisa,” Jawab hakim itu. “Tapi siapa yang akan membela kasus pelayanmu, yatim piatu miskin ini? Aku kepengadilan untuk meyakinkan bahwa keadilan penuh yang akan diterimanya”

Tidak selalu mudah berlaku benar atau berlaku adil, untuk membela kebenaran, terutama bila terlalu banyak yang harus dipertaruhkan, terutama ketika teman dan rekan sejawat, atau bahkan anak-anak Anda, akan tersinggung atau sakit hati karenanya. Tetapi berlaku adil dan berperilaku jujur adalah tanda dari orang yang bermartabat. Berlaku jujur dan adil berarti lebih dari sekedar melakukan yang benar dan adil. Memperjuangkan keadilan berarti berupaya meluruskan yang salah, melenyapkan pelecehan dan mengupayakan peningkatan martabat manusia di dunia yang mengasyikkan tetapi tidak sempurna ini.

----------

No comments: