Tuesday, January 6, 2009

Halo.., Informasi?

Ketika aku masih kecil, ayahku punya satu-satunya saluran telpon yang pertama di lingkungan kami. Aku ingat betul, berbentuk sebuah kotak kayu yang dipelitur mengkilat dan ditempelkan di dinding. Alat penerima yang berkilat tergantung di sisi kotak tadi. Aku masih terlalu kecil untuk dapat menjangkau telpon itu, tetapi biasanya aku dengan takjub mendengarkan ketika ibuku menggunakannya untuk bicara.

Kemudian aku simpulkan bahwa dalam peralatan yang luar biasa itu hidup seorang wanita yang menakjubkan - Namanya adalah “Informasi” yang dapat memberikan jawaban pada nomor telpon setiap orang di saat yang tepat.

Pengalaman pribadiku yang pertama dengan “jin dalam botol” ini terjadi suatu hari ketika ibuku pergi meninggalkan aku sendiri di rumah untuk berkunjung ke rumah seorang tetangga. Aku menyibukkan diri dengan alat pertukangan di gudang, tak sengaja aku memukul jariku dengan palu.

Rasanya sakit sekali, tapi nampaknya tidak ada alasan untuk menangis karena tidak ada orang lain di rumah untuk memberikan simpati kepadaku. Aku berjalan mengitari rumah sambil menghisap jariku sampai akhirnya sampai ke dalam rumah.

Telpon itu!

Dengan cepat, aku berlari mengambil bangku di ruang tengah dan menariknya ke bawah telpon. Aku memanjatnya, melepaskan gagang telpon dari gantungannya dan meletakkannya ditelingaku. “Informasi?” aku ucapkan itu di dekat corong yang ada tepat di atasku.

Terdengar beberapa suara klik, kemudian terdengar suara lembut dan jernih bicara di telingaku. “Ya, informasi..”

“Aku melukai jariku....” Aku meratap di telpon. Airmataku mengalir dengan cukup deras sekarang karena ada orang yang mendengarkan aku.

“Apa ibumu ada di rumah?” tanyanya. “Tak ada orang lain di rumah, cuma ada aku.” Aku tersedu. “Berdarah?”

“Tidak,” jawabku. “Aku memukul jariku dengan palu dan sakit sekali.”

“Bisakah kamu membuka lemari es?” Tanyanya. Aku jawab bahwa aku bisa. “ Ambil sebongkah kecil es dan genggang di jarimu yang sakit,” kata suara itu.

Setelah peristiwa itu, aku menelpon “Informasi” untuk segala hal. Aku minta bantuannya untuk masalah ilmu bumi dan dia memberitahuku di mana letak kota Philadelphia. Dia membantuku dengan matematikaku. Dia memberitahuku bahwa tupai yang kemarin aku tangkap di halaman belakang makanannya adalah buah dan kacang-kacangan.

Kemudian, pada saat burung kenari kesayanganku mati, aku menelpon “Informasi?” dan menceritakan kisah sedih itu. Dia mendengarkan, kemudian mengucapkan sesuatu yang biasa diucapkan orang dewasa untuk menghibur seorang anak. Tapi aku tidak terhibur. Aku bertanya padanya, “Bagaimana mungkin burung yang biasa menyanyi dengan merdu dan bisa menghibur seluruh anggota keluarga akhirnya hanya menjadi setumpuk bulu dalam sangkar?”

Pasti dia merasakan kesedihanku yang mendalam karena dengan cepat dia berkata, “Paul, ingatlah selalu bahwa ada dunia lain di mana semua bisa bernyanyi.” Tak tahu kenapa, aku merasa lebih baik.

Hari berikutnya aku menelpon lagi, “Informasi?”
“Ya, Informasi,” kata suara yang sekarang sudah begitu aku kenal. “Bagaimana cara mengeja fix?” tanyaku.

Semua ini terjadi di sebuah kota kecil di pantai Pasifik. Ketika aku berumur 9 tahun, kami pindah ke Boston. Aku sangat kehilangan temanku. “Informasi” adalah milik kotak kayu tua di rumah lama kami, dan aku tidak tahu mengapa tidak terpikirkan olehku untuk mencoba menggunakan telpon baru yang berkilat yang duduk di meja di ruang tengah.

Ketika aku semakin besar dan memasuki masa remaja, kenangan pada perbincangan masa kecil dulu tak pernah hilang dari ingatanku. Sering kali, di saat ragu dan bingung aku akan terkenang pada saat-saat tenang penuh rasa aman yang dulu kumiliki. Sekarang aku begitu menghargai betapa dia begitu sabar, penuh pengertian dan baik hati, mau meluangkan waktunya untuk seorang anak.

Beberapa tahun kemudian, ketika aku harus pindah ke barat untuk kuliah, pesawatku singgah di Seattle. Aku punya waktu kira-kira setengah jam sebelum pesawat terbang lagi. Kuhabiskan waktu kurang-lebih 15 menit untu menelpon adikku, yang sekarang tinggal di sana, kemudian tanpa memikirkan apa yang ku lakukan, aku memutar nomor telpon kampung halamanku dan berkata, “Informasi?”.

Sungguh ajaib, aku mendengar lagi suara lembut dan jernih yang sangat aku kenal itu, “Informasi,” terdengar jawaban i seberang sana. Aku sama sekali tidak merencanakan sebelumnya, namun kudengar diriku berkata, “Maukah Anda memberitahuku bagaimana mengeja kata fix?”

Ada saat hening yang cukup lama. Kemudian muncul suara yang lembut itu, “Kukira sekarang jarimu sudah sembuh.”

Aku tertawa. “Jadi ini benar-benar Anda!” kataku. “Aku bertanya-tanya, tahukah Anda betapa berartinya Anda bagiku saat itu?”

“Aku bertanya-tanya,” katanya, “kalau saja kamu tahu betapa berartinya telponmu bagiku.” “Aku tidak pernah punya anak, dan aku selalu menunggu telponmu.”

Kuberitahukan padanya betapa seringnya aku memikirkannya selama tahun-tahun yang sudah berlalu dan aku bertanya apakah aku boleh menelponnya lagi ketika nanti aku kembali untuk mengunjungi adikku.

“Silahkan,” katanya. “Katakan saja mau bertemu dengan Sally.”

Tiga bulan kemudian aku kembali ke Seattle. Ternyata suara lain yang menjawab “Informasi...”
Aku menanyakan Sally.

“Apakah Anda temannya?” katanya.

“Ya, teman lamanya,” jawabku.

“Maaf aku harus mengatakan ini,” katanya. “Sally telah bekerja paruh waktu beberapa tahun belakangan ini karena sedang sakit. Dia meninggal lima minggu yang lalu.”

Sebelum aku menutup telpon dia melanjutkan, “Tunggu sebentar. Bukankan Anda bilang nama Anda Paul?”

“Ya.”

“Yah, Sally menitipkan pesan untukmu. Dia menuliskannya karena barangkali Anda menelpon.” Pesan itu berbunyi, “Katakan padanya aku tetap menyatakan bahwa ada dunia lain di mana semua bisa bernyanyi. Dia akan tahu apa yang kumaksudkan.”

Aku mengucapkan terimakasih dan menutup telpon. Aku tahu apa yang dimaksud Sally.

“Jangan meremehkan kesan yang mungkin Anda berikan kepada orang lain.”

----------

No comments: