Wednesday, May 20, 2009

Prana Sudah Ada Sejak Dulu

Penyembuhan Prana sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu

Dalam banyak hal, tanpa kita sadari kadang-kadang kita mempelajari sesuatu dari bangsa lain, hal yang sebenarnya ada dinegeri kita sendiri atau bahkan mungkin berasal dari pengetahuan nenek-moyang kita. Ini bisa terjadi karena beberapa hal, yang pertama dikarenakan sistem informasi di kebanyakan negara begitu maju, sehingga disana dengan mudah dan sangat cepat kita dapat memperoleh informasi yang kita butuhkan, dilain pihak, dinegeri kita banyak informasi yang tersimpan tak terjamah, karena dianggap sebagai pusaka yang keramat, bisa juga karena memang dengan sengaja seseorang menyimpan informasinya hanya untuk dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya saja, tetapi bisa juga karena tidak adanya penghargaan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat luas, misalnya : buat apa kita mengajarkan “pusaka leluhur” ini kepada orang lain kalau akhirnya hanya digunakan seseorang untuk kemashuran dirinya sendiri dengan mengakui ilmu tersebut sebagai miliknya, ataupun hanya dijadikan sarana untuk memupuk kekayaan pribadi.

Demikian juga halnya dengan Ilmu dan Seni Penyembuhan dengan Tenaga Prana yang kita pelajari dari Grand Master Choa Kok Sui, sebuah ilmu penyembuhan kuno yang dikemas dengan sistematis secara modern, sehingga dapat dengan mudah kita pahami dan kita praktekkan. Walaupun untuk pertama kali ilmu penyembuhan ini diperkenalkan di Filipina, tidaklah berarti bahwa Ilmu penyembuhan Prana Grand Master Choa Kok Sui ini berasal dari sana, karena beliau sendiri sejak masa mudanya telah tertarik dan mempelajari berbagai ilmu penyembuhan lainnya seperti Tai Chi, Chi Kung, Kahuna, Kaballa, I Ching, Homeopati, Akupungtur, Yoga dan banyak lainnya lagi, baru kemudian beliau menyimpulkan, merangkum dan menyederhanakannya menjadi Ilmu dan Seni Penyembuhan dengan Tenaga Prana yang kita kenal dan kita pelajari sekarang ini. Padahal Ilmu Penyembuhan dengan Tenaga Prana ini sebenarnya sudah dikenal jauh sebelumnya di Indonesia, hanya saja karena persoalan hambatan informasi saja, sehingga kita tidak dapat segera mengenalnya.

Ada sebuah buku berbahasa Jawa terbitan tahun 1921, berjudul “Serat Wasijat”, yang berisi kumpulan tulisan yang sebelumnya dimuat dalam majalah “Madu Brata” nomor 1 sampai dengan 9, dan sebuah buku kecil berjudul “Serat Winarsa”, buku tersebut ditulis oleh R. Wiryokoesoemo, seorang penilik sekolah dari kabupaten Slawi, Tegal.

Yang mencengangkan adalah karena didalam buku itu terdapat bagian-bagian yang mengulas tentang prana, metoda olah napas dan penggunaan prana untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, walaupun disitu prana tidak dibahas secara panjang lebar. Selain memang ada beberapa perbedaan, ada pula berbagai persamaan dalam metoda penyembuhannya kalau dibandingkan dengan Penyembuhan dengan Tenaga Prana yang kita pelajari selama ini. Tetapi hal-hal yang prinsip ternyata identik. Memang ragam jenis penyakit yang dibahas didalam buku itu tidak terlalu banyak, lebih sedikit dibandingkan dengan yang dibahas didalam buku Penyembuhan dengan Tenaga Prana kita, namun tentu hal itu wajar saja karena penulisan buku itu dilakukan 78 tahun yang lampau, dimana penyakit-penyakit “zaman sekarang” pada waktu itu belum dikenal.

Bukankah hal ini meyakinkan dan lebih mendorong kita untuk lebih mendalami dan menggunakan ilmu Penyembuhan dengan Tenaga Prana ini, dan juga menghilangkan segala rintangan terutama dari segi keyakinan kita, karena ternyata nenek moyang kitapun sudah mempraktekkan metoda Penyembuhan dengan Tenaga Prana juga, dan tentunya hal ini sudah dilakukan jauh sebelum buku “Serat Winarsa” dan “Serat Wasijat” itu ditulis. Yang lebih hebat lagi adalah pada sampul buku “Serat Wasijat” tersebut tercantum lambang berbentuk segitiga dengan bulatan ditengah, yang mirip dengan lambang Yayasan Prana Nasional Indonesia.

-----------

No comments: