Wednesday, September 24, 2008

Pengawal Yang Mabuk


PENGAWAL YANG MABUK

Dikutip dari : Wisdom’s Way, Karya : Walton C. Lee

Peristiwa berikut ini terjadi ketika Dinasti Han Barat berkuasa, dari tahun 206 Sebelum Masehi sampai tahun 25.

Suatu ketika, seorang perdana menteri terkenal bernama Bin Yi sedang dalam perjalanan menuju ke suatu pesta. Salah satu pengawalnya merasa agak mabuk, dan tiba-tiba muntah di atas permadani kereta tersebut.

“Berani benar kamu!” seorang asisten segera membentak, lalu dengan merasa sangat malu dan tidak enak, bertanya kepada tuannya “Yang Mulia, haruskah saya memecat orang dusun ini sekarang juga?”

“Tentu saja tidak,” si perdana menteri menjawab dengan tenang, tidak menunjukkan kemarahan sama sekali. Ia adalah pemuda yang baik! jika kamu memecatnya,dengan memikul nama buruk, dia tidak akan bisa memperoleh pekerjaan yang baik di manapun. Saya tidak ingin merusak masa depannya. Bersikaplah baik dan penuh perhatian kepada orang lain. Dia hanya secara tidak sengaja mengotori sebagian permadani itu, yang bukan merupakan kejahatan yang berbahaya. Saya sama sekali tidak marah.”

Pada masa itu, nyawa dianggap murah - terutama nyawa para pelayan dan budak. Untuk pelanggaran kecil semacam itu, seorang pelayan sering dihukum berat atau bahkan dijatuhi hukuman mati.

Asisten itu, awalnya heran akan kemurahan hati tuannya, dengan enggan menyampaikan keputusan ini kepada si pengawal yang ketakutan, yang juga keheranan tetapi menghargainya dalam-dalam. Setelah kejadian tersebut, si perdana menteri secara tidak disadari mendapatkan seorang pelayan yang luar biasa loyalnya, yang dengan suka rela akan mengorbankan hidupnya sendiri untuk tuannya yang berhati mulia itu.

Pengawal yang berasal dari perbatasan barat itu suatu ketika sedang mengambil cuti, pulang ke kampung halamannya. Secara tidak sengaja dia mendengar bahwa bangsa barbar yang berkelana di perbatasan bermaksud menduduki garis depan, ia segera kembali dan menyampaikan sepotong informasi yang sangat penting ini kepada tuannya. Tuannya segera mengerahkan pasukan yang ada di sana.
Beberapa hari kemudian, pecahlah perang. Karena pasukan itu telah diingatkan dan dipersiapkan dengan baik, korban-korban yang timbul tidak banyak dan serangan itu berhasil digagalkan.

Kemudian pada suatu pertemuan militer kekaisaran, sang kaisar menanyai semua pegawai tingkat tinggi dan jendral seniornya, satu persatu, mengenai serangan tersebut. Tidak seorang pun dapat memberikan jawaban memuaskan mengenai timbulnya serangan itu kecuali si perdana menteri, yang disanjung-sanjung tinggi. Ia diberi imbalan yang cukup besar oleh sang kaisar.

Tebarkan selalu benih-benih kecil kebaikan. Benih itu akan tumbuh dan menjadi bunga-bunga keberhasilan di masa depan.

----------

No comments: