Saturday, December 6, 2008

Prana dan Keparanormalan

PENYEMBUH PRANA DAN KEPARANORMALAN
Oleh E. Suhardo NW

Beberapa bulan lalu di kampung saya kedatangan paranormal dari Jawa Timur yang katanya dapat melakukan operasi tanpa meninggalkan bekas. Tarif yang dipasang untuk sekali operasi Rp. 400.000,-. Saya memberitahu masyarakat agar berhati-hati karena operasi semacam itu mungkin hanya akal-akalan saja. Mengapa saya katakan begitu?

Menurut buku karangan Masruri (CV Aneka) kebanyakan operasi semacam itu sebenarnya hanya merupakan trik sulap. Caranya: anggota tubuh yang akan dioperasi diolesi dulu dengan semacam zat kimia sampai kering. Kemudian pisau operasi yang sudah ditumpulkan diolesi juga dengan zat kimia lain. Kalau pisau itu disentuhkan ke tubuh yang sudah diolesi cairan kimia tadi, maka terjadi proses kimia di mana seolah muncul darah kotor dari tubuh yang dioperasi. Tentu saja sambil mengoleskan zat kimia tadi sang paranormal gadungan itu seolah-oleh semedi dengan mulut komat-kamit. Biasanya praktek ini dilakukan ditempat yang agak remang-remang sehingga cairan hasil proses kimia itu sungguh dianggap sebagai darah kotor yang keluar. Dan ketika tubuh yang digosok pisau tadi dibersihkan, tidak nampak bekas operasi. Karena sugesti, kondisi pasien nampak lebih baik, namun setelah beberapa minggu pasien kembali kesakitan.

Trik lain dari paranormal gadungan adalah sebagai berikut: Dia mengatakan kepada pemilik rumah bahwa rumahnya disantet orang dan dia siap untuk menghilangkannya. Biasanya tuan rumah menjadi takut dan menerima tawaran paranormal gadungan itu. Kemudian paranormal itu menunjuk lantai di mana menurutnya santetnya berada. Dia menyuruh agar lantai itu dibongkar dan digali. Sementara itu paranormal gadungan itu menyiapkan tempayan yang diisi air dan dipenuhi dengan bunga mawar dan kantil sambil mengucapkan mantra. Dengan kecepatan tinggi paranormal memasukkan boneka yang sudah ditusuki dengan jarum ke dalam tempayan. Boneka ini tidak kelihatan karena tertutup oleh banyaknya bunga di atasnya. Paranormal gadungan itu minta penggalian dihentikan sebentar karena dia mau memeriksanya. Dia memasukkan bunga dan air serta boneka rekaan ke dalam galian. Kemudian meminta waktu untuk berdoa. Setelah itu dia minta agar penggalian lubang diteruskan. Tentu saja orang yang menggali menemukan sebuah boneka yang dipenuhi dengan tusukan jarum-jarum. Tuan rumah percaya rumahnya memang disantet orang. Dan paranormal gadungan menerima upahnya yang cukup tinggi. Sedang menurut Gendeng Pamungkas, seorang pakar santet yang konon sudah bertobat, menyantet orang tidak seperti itu. Tidak pernah tukang santet memasukkan jarum atau paku di tubuh orang. Jarum atau paku yang ditemukan di tubuh seseorang itu sebenarnya ulah paranormal gadungan yang menolongnya supaya dia dianggap hebat.

Bersikap kritis

Kiranya perlu diakui bahwa orang yang mempunyai kemampuan keparanormalan itu memang ada, tetapi rasanya tidak terlalu banyak. Menurut ibu Yanti Atmojo, setiap orang dibekali dengan kemampuan kewaskitaan; kewaskitaan melihat, mendengar, merasa atau intuisi. Tergantung orang mengembangkan kewaskitaan yang mana. Namun sangat banyak orang yang mengaku sebagai paranormal hanya untuk tujuan menipu orang agar mendapatkan uang. Mereka menyadari betul bahwa masyarakat kita sakit atau krisis iman, sehingga mudah dikelabuhi dengan slogan-slogan yang berbau gaib. Tentu saja sebagai penyembuh prana kita selayaknya bersikap kritis, tidak asal percaya segala yang berbau supranatural. Malahan sangat disayangkan kalau kita ikut bermain di dalamnya dengan membesar-besarkan kejadian yang berbau gaib itu. Saya sering dibuat geli dan prihatin kalau mendengar cerita beberapa penyembuh prana yang begitu saja percaya kepada hal-hal yang berbau supranatural itu. Sebab dengan mengakui dan mengiyakan begitu saja tanpa mampu memberikan catatan kritis, kita sendiri menunjukkan kualitas dan kedalaman kerohanian kita.

Percaya kepada paranormal sejati itu sah-sah saja, sebab dia adalah orang yang dapat menangkap nilai-nilai yang harus diwujudkan. Atau dia adalah orang yang mempunyai daya hidup yang lebih dari orang lain, sehingga pantas kalau orang datang minta tolong kepadanya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Apalagi kalau menilik kata paranormal yang berasal dari kata “para” yang berarti “berada di samping”, sedang “normal” berasal dari kata “norma” atau kaidah. Dengan demikian seorang paranormal pada hakekatnya mempunyai panggilan untuk mendampingi sesamanya untuk memecahkan persoalan hidupnya yang dirasa sangat mengganggunya. Dalam batasan ini para penyembuh prana yang handal dapat disebut sebagai paranormal karena kenyataannya para penyembuh prana tidak hanya melakukan penyaluran energi prana tetapi sering juga diminta masukannya dalam mengatasi kemelut yang dialami keluarga pasien.
Pada umumnya kemampuan paranormal itu dicapai dengan latihan-latihan yang tekun. Saya teringat ketika masih duduk di Sekolah Dasar ayah saya sering masuk kamar sendirian selama 40 hari. Beliau juga sering pergi mengunjungi tempat-tempat orang-orang agung. Dengan latihan yang luar biasa itu ayah menjadi paranormal yang handal. Kemampuan kewaskitaannya sungguh titis (jitu). Ketika adik saya yang baru berumur 10 tahun hilang, ayah tenang-tenang saja, sedang seluruh anggota keluarga sudah cemas. Waktu itu ayah saya bilang bahwa pada hari kesembilan adik akan pulang, dan ternyata benar adanya. Contoh lagi, ketika teman saya datang kepada ayah untuk menanyakan di mana keberadaan anaknya yang menurut tiga paranormal diculik, ayah mengatakan lain. “Anak bapak pergi ke timur dan nanti kalau uangnya habis akan kembali sendiri”. Ternyata anak itu pergi bersama temannya ke Bali dan kembali ke rumah untuk mengambil uang ayahnya tetapi ketahuan. Dalam bidang penyembuhanpun ayah menunjukkan sebagai penyembuh yang handal.

Dengan pendampingan seperti itu tidak mengherankan kalau ayah didatangi banyak orang untuk diminta bantuannya. Karena latihan spiritual yang intensif itulah paranormal mempunyai kekampuan “linuwih”. Maka menurut Dr. J. Darminta SJ, sebenarnya kemampuan keparanormalan itu merupakan hal yang alami. Hal itu bukan kemampuan luar biasa atau campur tangan begitu saja dari Allah, tetapi mengikuti hukum penciptaan. Hal senada juga dikatakan oleh Mgr. Sunarka SJ yang mengatakan, “Kemampuan paranormal adalah ciptaan yang melekat pada manusia. Ciptaan itu sifatnya kodrati, artinya orang dapat menemukannya tanpa rahmat luar biasa (adikodrati). Kemampuan itu diberikan kepada setiap orang dalam kadarnya masing-masing, entah apapun agama mereka.” Sementara itu F. Sumardi Prasetya (alm) yang dosen psikologi itu mengatakan bahwa di dalam jiwa manusia tersimpan kekuatan misterius. Sebagian kekuatan itu telah menjadi kekuatan ekstra. Manusia dapat menyingkap selapis demi selapis kemampuannya yang biasa, untuk mendapatkan kekuatan besar dari tenaga cadangan itu. Ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan ilmu batiniah, seperti yoga, meditasi, samadi, konsentrasi dan sebagainya secara tekun.


Meditasi

Seperti dikatakan di atas kemampuan paranormal dapat dilatih. Bukankah dalam lokakarya Tingkat Dasar para peserta sudah dilatih untuk melihat prana udara, aura pohon dan aura manusia? Bukankah latihan untuk merasakan dan melihat termasuk latihan keparanormalan? Kalau latihan-latihan itu lebih dikembangkan lagi dengan Meditasi Jantung Kembar atau terlebih lagi dengan Arhatik Yoga, kiranya kemampuan keparanormalan penyembuh prana akan semakin meningkat. Penyembuh prana akan mempunyai kepekaan luar biasa menanggapi gejala-gejala kehidupan. Dengan latihan meditasi yang tekun, cepat atau lambat penyembuh prana akan mengalami timbulnya suatu kekuatan batin tertentu yang disebut dengan istilah “sidhi”, yang merupakan sebuah kekuatan paranormal. Persoalannya ialah apakah kemampuan paranormal berguna untuk kita? Jangan-jangan kemampuan itu malahan menjadi penghambat atau penyekat hubungannya dengan orang lain. Tanpa niat umtuk menyudutkan seseorang dan sebagai bahan perenungan, berikut ini adalah sebuah contoh:

Pada saat para pelatih tingkat dasar diminta untuk mendampingi lokakarya, ada seorang pelatih baru yang merasa mempunyai kemampuan paranormal malahan bertengkar dengan beberapa pelatih lain. Sewaktu peserta lokakarya diminta untuk menelusuri aura dalam partnernya dan dibimbing oleh seorang pelatih baru, tiba-tiba pelatih yang pewaskita itu datang dan langsung menunjuk letak aura dalam orang yang ditelusurinya. Tentu saja sikap yang seperti itu membuat pelatih pendamping merasa tidak enak dan merasa dijatuhkan di hadapan peserta lokakarya. Hal senada diulangi lagi terhadap pelatih lain ketika praktek membuat pembuangan limbah buatan. Pelatih yang mempunyai kemampuan melihat itu ternyata sangat mengagung-agungkan kemampuannya sehingga tanpa disadari telah melanggar etika dan hidup kebersamaan. Untuk apa kita mempunyai kemampuan paranormal kalau dalam penggunaannya malah membuat orang merasa dilecehkan atau membuat sakit hati orang lain? Hal semacam ini rasanya perlu ditelaah dengan hati yang lapang.

Pertanyaan mendasar adalah apakah meditasi hanya berhenti untuk mendapatkan kemampuan keparanormalan?

Jawabanya jelas: tentu tidak! Tujuan utama dari setiap meditasi adalah untuk mencapai kesadaran bersatunya dia dengan Allah. Kalau kita bermeditasi kita mencoba membuka diri lebar-lebar agar pribadi Ilahi yang berada dalam diri kita mendapat curahan Pribadi Ilahi dari Allah, sehingga semakin lama pribadi ilahi kita semakin berkembang dan menyatu dengan Pribadi Ilahi Allah. Aliran kebatinan Jawa mengatakan hal itu sebagai “manuggale kawula Gusti” (menyatu dengan Allah). Dengan demikian kita mendapat pencerahan dan dengan sendirinya mengalami adanya daya keparanormalan. Kalau kemampuan keparanormalan itu kita pakai untuk hal-hal yang sifatnya positif baik bagi diri sendiri maupun sesama, kiranya hal ini tidak menjadi masalah. Misalnya, sebagai penyembuh prana kita memerlukan kemampuan untuk dapat melihat aura atau bahkan organ-organ tubuh pasien sehingga terapi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Meski demikian kemampuan keparanormalan itu tetap tidak boleh diagung-agungkan.

Menurut Mircea Eliade, dalam yoga atau zen kemampuan keparanormalan malahan dipandang sebagai suatu godaan dan harus melepaskan diri darinya (Baca: Yohanes Indrakusuma O.Carm dalam : Paranormal dan Hidup Beriman, Kanisius). Sebab kalau seorang yogi berhenti pada kemampuan paranormal, maka dia akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh kemampuan atau harta baru bagi yogi.

Menurut Patanjali dan seluruh tradisi yoga klasik, apalagi tradisi metafisik vedantine yang meremehkan semua kemampuan itu, seorang yogi harus memakai pelbagai macam kemampuan itu semata-mata untuk memperoleh kebebasan tertinggi, yakni asamprajnata samadhi. Demikian pula dengan swami kontemporer, Swami Sivananda Sarasvati. Ia menolak dengan tegas penggunaan kemampuan keparanormalan. Mencari kemampuan itu berarti hambatan besar untuk meditasi atau samadi. Clairvoyance dan clairaudience tidak layak untuk dikejar, sebab tanpa semua itu orang akan dapat mencapai iluminasi dan kedamaian yang lebih besar. Sebaliknya, mengejarnya berarti setidaknya terhambat dan bahkan bisa tersesat. Sedangkan bagi Santo Yohanes Salib (tokoh spiritual Katolik), kekuatan-kekuatan paranormal termasuk salah satu bidang yang harus ditinggalkan bila orang ingin sampai ke puncak.

Orang berpendapat bahwa orang yang rajin bermeditasi atau berdoa itu mempunyai tingkat spiritual yang lebih tinggi dari orang lain. Pendapat ini tidak seluruhnya benar. Bukankah orang-orang Farisi yang tahu betul hukum Taurat dan banyak melakukan doa itu kebanyakan adalah orang-orang munafik? Masih dibutuhkan satu faktor lagi; yaitu perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari bersama sesamanya. Bukankah “Iman tanpa perbuatan itu adalah sia-sia?” Sikap peduli terhadap sesamanya, khususnya yang sungguh-sungguh membutuhkan bantuan, juga menjadi ukuran tingkat spiritual seseorang. Dengan bermeditasi kita mau mengurangi atau melepaskan sikap egois, kita mau menjadi orang yang mau berkorban untuk kebaikan orang lain. Kita memberkati dunia, negara, kota, keluarga dan sesama. Berkat ini juga harus diwujud nyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang kiranya ditanamkan oleh GrandMaster Choa Kok Sui, Guru spiritual yang sangat bijaksana.

----------

No comments: