Thursday, October 30, 2008

Mengkritik


MENGKRITIK

Diterjemahkan dari buku The Divine Romance karya : Paramahansa Yogananda

Sebelum mengkritik, terlebih dahulu periksalah diri Anda, amatilah kegiatan hidup Anda dengan seksama, dengan mata sensor Anda yang tanpa kompromi, periksa dan kritiklah diri Anda sendiri. Kalau Anda menemukan kesalahan dalam diri Anda, diam-diam perbaikilah dan teruskanlah perjalanan Anda, bila Anda tidak menemukan kesalahan, tersenyumlah dalam hati, lanjutkan perjalanan Anda dengan kepuasan yang disembunyikan, kalau orang tetap mencemooh Anda dan dia ingin ditanggapi, jawablah dengan cinta, bukan dengan kebencian.

Kalau Anda tidak dalam posisi berhak memberikan pencerahan, jawab atau perjuangkanlah kebenaran dengan cinta di dalam hati, bukan demi kehormatan atau kekhawatiran bahwa nama Anda akan tercemar, tetapi untuk mempertahankan kemuliaan dan kemurnian kebenaran itu. Biarkanlah tindakan dan ucapan Anda tidak untuk mencapai kemenangan, dan tidak juga untuk mempermalukan orang lain, juga bukan untuk memanjakan kesombongan Anda, tetapi hanya melulu demi kebenaran. Cinta demi kebenaran, bagaimanapun harus selalu disertai dengan cinta yang menghindarkan diri dari melukai perasaan orang lain, memfitnah orang lain atas nama penyebarluasan kebenaran atau demi keuntungan pribadi, merupakan pertanda ego dan kelemahan batin, yaitu keinginan untuk tampil lebih tinggi dengan memotong leher orang lain.

Jangan bertengkar walau itu demi kebenaran, kalau cinta tidak ada dalam hati Anda, kebencian tidak bisa dikalahkan oleh kebencian, kedengkian tidak bisa ditanggulangi dengan kedengkian. Bila dalam penyamaran mempertahankan kebenaran, kebencian atau dendam, atau ego yang membusung mengendap dalam hati Anda, keinginan untuk berkelahi melawan pemfitnah, sebaiknya lupakanlah perkelahian itu. Mula-mula kembangkanlah cinta, cinta merupakan kekuatan dan sekutu terbesar Anda. Obat yang akan menyembuhkan luka yang disebabkan oleh rasa benci kepada musuh Anda, dan cinta tak pernah bisa dikalahkan, bahkan mati dalam upaya menaklukkan kebencian adalah kemenangan cinta bagi jiwa yang abadi.

Mereka yang membenci dan mencerca Anda adalah mereka yang tidak memahami kebenaran. Maafkanlah mereka, karena dalam kebodohannya mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Bila Anda dengan penuh cinta memaafkan diri Anda sendiri, apapun yang telah Anda lakukan, berikan juga cinta untuk memaafkan orang lain dengan penuh kerelaan. Pada mereka yang mencela, menuduh Anda dengan membabi buta, dengan sadar dan dengan hati-hati, dan dengan tabah berikanlah cinta, biarkan mereka merasa malu oleh ketulusan pemberian cinta Anda sebagai balasan atas racun yang mereka berikan. Berupayalah mengubah mereka dengan cinta tanpa pamrih Anda.

Tak seorangpun yang memahami cinta Tuhan, dapat membenci dan menunjukkan kepicikan kepada salah satu dari anak-anak-Nya. Bagaimana Anda dapat membenci atau menyakiti hati saudara sendiri yang melakukan kesalahan? Dengan kebencian ataupun penuh cinta, mereka tetap saja saudara Anda, saudara yang bertindak penuh kebencian dan kedengkian dan tidak memahami hukum. Kalau sebagai balasannya Anda juga membenci mereka, Anda akan menenggelamkan mereka dalam samudera kebencian. Lebih baik tunjukkan pada mereka mercusuar cinta agar mereka dapat berenang ke pantai. Biarkan cinta Anda menunjukkan kepada mereka kebodohan dan tingkah laku mereka yang salah, berikan contoh Anda dengan mencintai mereka melebihi kebencian mereka.

Berkatilah agar mereka yang mencela melakukan hal yang benar. Surga kebahagiaan abadi adalah milik mereka yang hidup dan mati dalam tingkah laku yang baik.Tetapi terkutuklah mereka yang dengan penuh kedengkian, kebencian atau fitnah demi kepentingan sendiri berupaya mencemarkan nama mereka yang sedang melakukan tugas mulia. Sarkasme (sindiran tajam), hujatan, balas dendam, prasangka buruk, dusta, adalah kata-kata iblis yang beracun dan merupakan bumerang yang menimbulkan luka karma yang dalam pada jiwa si pengkritik.

Kritik yang kejam dan tidak adil mengakibatkan ketidak-harmonisan dan pengkotak-kotakan, prasangka buruk dan perpecahan. Didukung oleh mereka yang menggemari gosip, ini merupakan penyiksaan jiwa yang tidak berdosa, lebih menyakitkan daripada menyiksa tubuh. Cinta pada gosip adalah cinta yang menyakitkan jiwa orang lain, tetapi walaupun gosip, dusta dan hujatan menyakiti orang yang di kritik, tetapi sebenarnya terutama juga lebih menyakiti si pengritik itu sendiri. Orang yang secara salah di kritik menjadi lebih murni dari biasanya, sedangkan di pendakwa dihukum dengan hukum karma yang tiada henti sebagai balasannya, mereka dihukum oleh nuraninya sendiri dan dikutuk untuk hidup dalam penjara yang mereka ciptakan sendiri, dalam kepedihan dan ketiadaan kedamaian batin. Mereka yang menabur kesalahan akan memanen ilusi dan derita.

Cara terbaik adalah menghakimi diri sendiri, bukan orang lain. Kecuali kalau Anda sudah membersihkan rumah Anda sendiri, Anda tidak berhak mengatakan bahwa rumah orang lain kurang bersih. Kalau seseorang dengan tulus meminta pendapat Anda, maka jangan menghakimi mereka dengan prasangka atau dengan maksud pribadi, tetapi dengan cinta yang tulus, juga berikan saran dengan penuh cinta kepada mereka. Tidak ada kompromi dengan tindakan keliru, jangan beri kesempatan pada perbuatan salah, jangan ada kritik yang kasar bagi orang yang bersalah, tetapi bimbinglah orang yang melakukan kesalahan dengan cinta yang tidak terduga. Katakan pada saudara Anda, “Hati saya trenyuh karena penderitaan Anda akibat tindakan keliru Anda sendiri, perbaikilah jalan hidup Anda, saya senang melihat Anda baik-baik saja”. Ucapan yang benar kadang menyakitkan dan pahit, maka lapisilah dengan gula kasih sayang dan kebaikan hati sehingga akan semakin mudah diterima oleh orang yang menderita demam kejahatan. Namun bila saran Anda tidak diterima, tetaplah tenang, dalam hati kirimkan pikiran konstruktif, cinta dan doa kepada orang yang berbuat salah - tanpa kata-kata yang terucap - karena itu juga akan bermanfaat dan akan membantu menyadarkannya.

Dia yang sudah jatuh tidak perlu ditimpa tangga lagi, yang dia butuhkan adalah uluran tangan yang penuh cintakasih. Anggaplah penderitaan orang lain sebagai penderitaan Anda sendiri dan Anda juga ikut merasakan itu semua. Kritik yang kasar adalah musuh yang menyiksa yang menikmati kejatuhan orang lain. Cinta adalah teman yang menyelamatkan yang bergembira atas kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain. Terlalu sering mengkritik - biarpun itu kritik yang membangun - punya resiko sendiri, tetapi kalau Anda dapat menahan kritik, itu merupakan keuntungan yang besar. Itu menguji dan menguatkan perisai kebenaran Anda agar nanti dapat digunakan dalam perjuangan hidup Anda. Mereka yang dengan penuh cinta menghakimi Anda adalah teman yang sejati. Mereka yang menyanjung perbuatan salah Anda adalah musuh utama Anda. Menerima kritik yang tulus adalah menyelaraskan diri dengan hukum kemajuan, namun menyerah pada sanjungan sama saja dengan meracuni kemajuan material dan spiritual.

Jangan mengingat kesalahan orang lain, maupun kesalahan Anda sendiri - maafkan dan lupakan kesalahan masa lalu. Jangan beri hidup dan wujud pada kesalahan orang lain. Jangan menulis tentang itu atau menyebarluaskannya. Jangan terlibat atau mengulang kabar burung atau gosip. Jangan melanggengkan ketidakbenaran dengan terus mempergunjingkannya, dengan membunyikan terompet Anda sendiri dalam paduan suara yang menentangnya, jangan menarik kesimpulan pribadi dan menyuarakannya jika Anda tidak dalam posisi memahami semua sisinya.

Sibukkan diri dengan membuat diri Anda lebih baik, teladan Anda akan menggema jutaan kali lebih kuat dibandingkan kata-kata, hilangkan kritikan dengan cara menjalani prinsip kebenaran dengan rendah hati. Perbaharui diri Anda, dengan mengamati teladan Anda sendiri, biarkan orang lain terilhami untuk memperbaharui dirinya. Itulah yang dikehendaki dan dibutuhkan dunia saat ini, yaitu mereka yang mengkritik dirinya sendiri, bukan mengkritik orang lain. Taklukkan yang sebaliknya dengan teladan yang bijaksana, kesalahan dengan kebenaran, kebencian dengan cinta, kebodohan dengan kearifan, ketakutan dengan keberanian, pikiran dangkal dengan pengertian, kefanatikan dengan keterbukaan. Biarlah semua kebajikan ini dimulai dari diri kita. Perhatikan benar-benar pemurnian mental Anda, mudah-mudahan orang lain akan terdorong untuk bergiat melakukan hal di atas bagi diri mereka sendiri.

----------

No comments: