Thursday, December 18, 2008

Cinta Adalah Terapi

Diterjemahkan oleh: Mutiara

Getaran Cinta mempunyai frekwensi yang sangat tinggi, karena itu energinya sangat baik digunakan untuk penyembuhan, bila dialami, reaksi positifnya pada seseorang sungguh luar biasa!

Jatuh cinta menghasilkan sejenis reaksi kimia, juga pengaruh hormonal dalam tubuh yang mencitpakan emosional yang tinggi yang tidak ada duanya, dibandingkan dengan kemampuan penyembuhan yang lain.

Ketika Anda sedang jatuh cinta, Anda merasa demikian sempurna, Anda seperti berjalan di awang-awang, Anda tidak akan merasa sakit ataupun membiarkan segala sesuatu yang mengganggu masuk ke lingkup energi Anda karena Anda ingin tetap berada di ketinggian.

Ketika Anda sakit, baik emosional maupun fisik, Anda berusaha untuk memulihkan diri dan mempunyai keinginan kuat untuk berada dalam penampilan yang tertinggi. Pikiran, tubuh dan jiwa Anda jadi bercahaya, sekarang ingin disembuhkan dan berada dalam potensi puncaknya. Konsep mendasar terhubungnya dengan pasangan jiwa itu merupakan bagian dari frekwensi itu sendiri dan karenanya menimbulkan keseimbangan di semua tingkat, kalau orang itu dipisahkan, maka akan punya pengaruh meluluhkan semua tingkat tubuhnya dan menyebabkan timbulnya atau kambuhnya penyakit.

Cinta yang terhubung pada teman atau keluarga juga mempunyai pengaruh menyembuhkan. Cinta mempengaruhi cakra jantung dan bisa menyembuhkan kita semua dari berbagai penyakit, bila kita menyembuhkan hati kita, kita menyembuhkan diri kita.


Pheromon

Zat yang menyembuhkan itu disebut dengan pheromon, yang sebenarnya merupakan signal kimiawi yang dikeluarkan oleh satu individu dan diterima oleh individu yang lain dari spesies yang sejenis, dan dengan demikian memicu perilaku atau proses perkembangan tertentu. Binatang menggunakan signal kimiawi seperti ini untuk mengkomunikasikan pesan tertentu, dari daya tarik sampai agresi dan pembatasan wilayah kekuasaan.
Ada ciri khusus pheromon yang dikeluarkan untuk memberikan signal, yaitu baik produksi pheromon maupun responnya yang spesifik berdasarkan gender, banyak sekali kasus komunikasi pheromon pada binatang pengerat maupun mamalia lain yang sudah didokumentasikan.

Perdebatan yang paling seru berkenaan dengan studi mengenai penginderaan kimiawi ini adalah apakah manusia dapat memproduksi pheromon, dan kalau begitu, apakah manusia dapat menggunakan signal kimiawi untuk menarik tanggapan perilaku terhadap yang lain.

Data paling kuat yang mendukung komunikasi berlandaskan pheromon pada manusia datang dari kesesuaian waktu haid. Di situ ditunjukkan, sebagai contoh, teman sekamar di asrama mahasiswi mulai haid pada waktu yang bersamaan. Yang menarik, penyelasaran waktu haid itu dapat dicapai hanya dengan mengusapkan baju hangat wanita donor ke bibir atas wanita penerima, kuat dugaan bahwa pheromon manusia terkandung dalam keringatnya.

Tetapi hanya ada sedikit bukti tentang tanggal atau bagaimana manusia mendeteksi signal pheromon itu, lebih jauh lagi, pada mamalia jenis lain, terdapat perangkat tersendiri pada sistem penciumannya yang merupakan saluran pemrosesan pheromon, dan hanya terdapat sedikit bukti kalau saluran itu hanya berfungsi pada manusia dewasa.

Saat ini Ivanka Savic dan sejawatnya di rumah sakit Universitas Huddinge di Stockholm telah menemukan bukti sahih tentang pengaktifan khusus gender pada hipotalamus (bagian otak yang diketahui terkait dengan pendeteksian pheromon pada binatang pengerat) dalam merespon hormon steroid sintesis.

Team itu melakukan PET-scan alat penciuman orang-orang yang sangat dekat kaitannya dengan testosteron dan estrogen. PET-scan itu mengukur aliran darah di berbagai bagian dari otak subyek. Mereka menemukan adanya produksi komponen yang mempercepat aliran darah di bagian hipotalamus pria, tetapi tidak pada wanita. Demikian juga, sebuah androgen yang berkaitan dengan produksi testosteron yang meningkatkan aliran darah di bagian hipotalamus yang sama tetapi tidak pada pria.

Pengaktifan hipotalamus sesuai gender sangat berbeda dari pola pengaktifan otak sebagai tanggapan terhadap bau tertentu telah diamati.

Hasil-hasil ini yang dengan sangat meyakinkan ditunjukkan, bahwa dengan penggabungan hormon steroid dapat berperan sebagai signal-signal pheromon dan bahwa otak manusia mampu mendeteksinya, telah diterbitkan bulan Agustus 2001 dalam Jurnal Neuron.

Dalam artikel lain yang masih ada kaitannya, yang juga dimuat dalam edisi Neuron yang sama, Noam Sobel dan Windy Brown dari Universitas of California, Berkeley membahas temuan Savic secara ringan tentang apa yang dikenal sebagai produksi pheromon dan pendeteksiannya pada mamalia lainnya, dan menggarisbawahi pertanyaan penting berikutnya berkenaan dengan study komunikasi pheromon pada manusia. Apakah benar pheromon dapat menyembuhkan semua gangguan fisik, eterik, emosi, mental dan spiritual manusia, masih diperdebatkan.

----------

No comments: