Monday, January 12, 2009

Janji Harus Ditepati

Kisah tentang dua orang sahabat.

Suatu hari seorang pria muda berkata kepada sahabatnya, “Dapat kulihat bahwa suatu hari nanti kamu akan jadi kaya dan terpandang.”

Temannya mengejek, “Menggelikan! Bagaimana aku bisa jadi orang terpandang dan kaya?”

Yang pertama menjawab, “Ya, aku dapat melihatnya. Itu tertulis di dahimu.”

Yang kedua menjawab, Baiklah, kalau aku jadi terpandang dan kaya, akan kuberi kamu uang seratus juta rupiah.”

“Apa kamu bersungguh-sungguh?” tanya orang yang pertama. “Kalau demikian, tuliskanlah.”

Orang kedua menulis demikian, “Akan kuberikan padamu uang seratus juta rupiah kalau nanti aku jadi kaya dan terpandang,” kemudian dia menanda-tanganinya.

Laki-laki muda itu menyimpan pernyataan yang telah ditulis oleh sahabatnya, tetapi tidak pernah menganggapnya serius, karena pernyataan itu dianggapnya sebagai gurauan.

Kemudian setelah 10 atau 12 tahun berlalu teman yang satu benar-benar jadi kaya dan terpandang, sedangkan sahabatnya sebaliknya, dia sangat miskin. Namun saat itu hubungan kedua sahabat itu menjadi renggang dan mereka menjalani hidup mereka masing-masing. Walau demikian, teman yang miskin ini terus menyimpan catatan tadi, dia sadar itu hanya gurauan, dan yakin dia tidak akan pernah menerima uangnya.

Sayang, pria yang miskin ini sakit keras, sebelum dia meninggal, dia memanggil anaknya, yang baru berumur tujuh tahun, dan berkata padanya, “Anakku, tolong ambilkan kotak yang ada di dekat jendela itu. Didalamnya ada sesuatu yang sangat berharga, yang telah aku simpan untukmu.”

Anaknya demikian sedih karena ayahnya mendekati ajal dan dia tidak mau meninggalkan ayahnya untuk mengambil kotak itu, karena menurutnya tidak ada yang lebih berharga daripada hidup ayahnya. Tetapi ayahnya terus memaksa, maka anaknya bangkit dan mengambil kotak itu. Kemudian ayahnya berkata, “Setelah aku mati...” dan segera saja anak laki-laki dan ibunya mulai menangis. Tetapi ayahnya melanjutkan, “Setelah aku mati, temuilah orang ini dan tunjukkan apa yang telah dia tulis.” IIbu dan anak itu melihat kertas itu dan terkejut mengetahui bahwa orang kaya itu telah berjanji memberikan uang seratus juta rupiah. Namun saat itu yang mereka pikirkan hanyalah orang yang mereka cintai, yang sebentar lagi akan meninggalkan mereka.

Akhirnya pria ini meninggal. Persahabatan mereka sudah lama memudar sehingga orang kaya itu, yang dulu pernah menjadi sahabat orang miskin itu, bahkan tidak datang mengunjunginya ketika tahu bahwa temannya sedang sakit keras.

Tetapi setelah tiga atau empat minggu sejak kematiannya, anak laki-lakinya membawa catatan itu kepada orang kaya, sahabat ayahnya. Orang kaya itu punya banyak pelayan, pada awalnya mereka tidak mengizinkan anak itu mengganggu majikan mereka, namun akhirnya, ketika melihat bahwa dia hanyalah seorang anak kecil yang lugu, mereka mengizinkannya masuk.

Anak laki-laki itu memberikan catatan itu pada orang kaya itu, orang kaya itu membacanya dan bertanya, “Apakah aku yang menulisnya?”

Anak laki-laki itu berkata “Saya tidak tahu. Sebelum meninggal, ayah menyuruhku memberikannya kepada tuan.” kata anak itu hampir menangis, orang kaya itu memanggil salah seorang sekretarisnya dan menjelaskan, “Aku pernah berjanji pada ayah anak ini beberapa tahun yang lalu bahwa aku akan memberinya uang seratus juta rupiah kalau aku jadi kaya dan terpandang. Aku telah menjadi kaya selama tujuh tahun, coba hitung bunga yang harus kuberikan padanya sebagai tambahan uang seratus juta itu.”Sekretaris itu menyatakan, Tambahannya tujuh puluh juta tuan, sehingga jumlah seluruhnya menjadi seratus tujuhpuluh juta rupiah.”

Segera orang kaya itu mengeluarkan uang seratus tujuhpuluh juta rupiah dan menyerahkannya kepada anak kecil itu sambil berpesan, “Bawa ini langsung ke ibumu. Jangan mampir kemana-mana.” Kemudian diam-diam dia menyuruh seorang pelayannya mengikuti dari jauh, untuk memastikan agar anak itu aman sampai ke rumah. Inilah cara seorang yang tulus menepati janjinya.

----------


No comments: