Saturday, September 20, 2008

Back to Basic

Oleh : Bernard Prasodjo (MP 24)

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan judul di atas? Back to Basic atau kembali ke dasar, kembali ke asal, kembali seperti semula. Tentu saja ini dalam kaitannya dengan Penyembuhan Prana.

Kalau kita lihat cara penyembuhan yang dilakukan para senior, termasuk Master Herminia, para Master yang lain atau bahkan GrandMaster Choa Kok Sui, yang mereka lakukan adalah teknik penyembuhan yang baku, sama seperti yang setiap kali di ajarkan dalam seminar-seminar prana. Itu dapat dimaklumi karena teknik penyembuhan yang baku tersebut adalah hasil penelitian dan eksperimen yang dilakukan oleh Master Choa selama lebih dari duapuluh tahun. Dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh beberapa pewaskita yang berkemampuan sangat tinggi dan telah diuji secara ilmiah, sampai saat ini, itulah teknik yang paling efektif.

Kita memang sangat beruntung karena berkesempatan mempelajari ilmu penyembuhan dari orang yang sangat bermurah hati, tidak ada teknik yang di simpan atau sembunyikan, yang diberikannya hanyalah yang terbaik, tentu saja semuanya disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuan kita. Seperti yang selama ini kita lihat, kalau Master menganggap kita sudah mampu menerima ajaran yang lebih tinggi, maka beliau akan segera mengajarkannya kepada kita.

Dalam mailing list “PHQandA” akronim dari Pranic Healing Question and Answer, yang diasuh oleh Marilette Liongson, seorang penyembuh prana senior yang menguasai benar teknik-teknik Penyembuhan Prana, kita bisa mengajukan pertanyaan apa saja tentang hal yang berkaitan dengan Penyembuhan Prana, dengan jelas dia akan menerangkan dengan sangat rinci, dari latar belakang medis, latar belakang prana serta tata cara penyembuhannya.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berasal dari seluruh penjuru dunia, kebanyakan tentang cara penanganan penyakit yang tidak ada dalam buku “Ilmu dan Seni Penyembuhan dengan Tenaga Prana.” Kita salut dengan jawaban-jawaban yang diberikannya, semuanya dengan teknik yang baku, baik cara melakukan penyapuan umum, penyapuan setempat maupun cara pemberian energi, semuanya tetap mengacu pada Tujuh Teknik dasar Penyembuhan Prana. Dan hasilnya ternyata cukup ampuh, itu terbukti dengan ucapan terimakasih atas petunjuk yang diberikan, sehingga kasus penyakit yang ditangani penanya bisa berhasil diatasi dengan baik.

Bahkan dalam buku “Miracles Through Pranic Healing” yang merupakan revisi dari buku prana tingkat dasar, di situ dengan jelas dianjurkan agar ketika melakukan penyembuhan, kita buka saja bukunya dan kita ikuti prosedur penanganan penyakit yang sedang kita rawat secara berurutan, satu per satu, kita ikuti persis seperti yang tertulis dalam buku, kita tidak perlu malu membuka buku dan mengikuti tuntunannya, karena dengan demikian, seperti judul bukunya: “Miracles Through Pranic Healing”, Kita benar-benar akan membuat suatu miracle, suatu keajaiban!

Dalam seminar-seminar prana, kebanyakan pelatih sering kali menekankan perlunya kita mengikuti teknik dan prosedur sesuai dengan yang di ajarkan, tepatnya sesuai dengan ke Tujuh Teknik Dasar Penyembuhan Prana, karena dengan demikian penyembuhan yang kita lakukan akan lebih efektif dan pasien akan cepat sembuh! Tetapi sayang karena alasan yang kurang jelas, ada beberapa orang Pelatih Prana yang mengajarkan hal yang menyimpang dari manual, sebenarnya hal yang seperti itu sangat merugikan peserta seminar, karena mereka tidak menerima yang seharusnya mereka peroleh: Ilmu Penyembuhan Prana Master Choa Kok Sui yang lengkap, sederhana dan efektif.

Selain itu, ada kecenderungan dari sementara alumni untuk mengubah atau mengganti teknik-tekniknya, mungkin karena ketidak tahuannya, atau sekedar agar nampak hebat, agar kelihatan beda, karena terbawa oleh teknik ilmu penyembuhan lain yang dahulu pernah dipelajarinya, karena menurutnya itu lebih efektif, atau karena penjelasan yang diterima dalam lokakarya ternyata kurang lengkap.

Dalam melakukan penyapuan umum misalnya, ada yang menggerakkan kedua tangan seperti mengusir lalat dari atas sampai ke bawah, tanpa menggunakan unit pembuangan limbah, tanpa membagi tubuh energi pasien dengan lima garis imajiner. Atau ketika melakukan penyapuan setempat, gerakannya seperti sedang mengipas-ngipas. Ada yang ketika melakukan pemberian energi sambil menggerakkan tangan dengan gerak berputar bolak-balik dengan cepat seperti baling-baling. Ada lagi yang memberikan energi ketelapak tangan dengan cara menempelkan kedua ujung jarinya, dari mana mereka peroleh teknik-teknik semacam itu? Bukankah penyembuhan prana adalah “No touch healing”, penyembuhan tanpa menyentuh? Namun bagaimanapun juga, merupakan tanggung-jawab para senior untuk terus membimbing mereka, mengarahkannya ke jalur yang seharusnya, sehingga akhirnya mereka menjadi semakin matang, pemahaman mereka semakin mendalam, dan akhirnya dapat melakukan penyembuhan dengan benar, dengan rendah hati, karena kita tidak dapat menjadi seorang Penyembuh Prana yang manjur, kalau kita tidak cukup rendah hati.

Contoh lain, pada bakti sosial yang diselenggarakan YPI beberapa waktu yang lalu di Jawa Tengah, ada seorang alumni yang berdiri di balik pintu bangsal tempat penyembuhan berlangsung, mengangkat kedua tangan sambil memberikan energi ke dalam ruangan, seolah-olah dia sedang memberikan kekuatan kepada para penyembuh yang sedang sibuk menangani pasien di dalam ruangan itu, pada hal di sana banyak hadir penyembuh-penyembuh senior. Ada juga orang yang lebih suka mondar-mandir dalam ruangan dengan gaya sedang mengontrol penyembuh yang lain. Kalau itu sekedar karena ingin nampak hebat, sehingga nanti banyak pasian yang perlu ditindak lanjuti lebih lanjut datang kepadanya, itu masih bisa dimaklumi. Tetapi sebenarnya lebih elegan kalau setelah selesai merawat seseorang, sipenyembuh memberikan kartu namanya, agar selanjutnya pasien bisa datang untuk menerima perawatan lanjutan, karena Penyembuhan Prana adalah penyembuhan yang progresif, kesembuhan kebanyakan terjadi secara bertahap, jadi bakti sosial yang hanya satu hari itu tentu tidak mencukupi.

Nampaknya kerendahan hati dan tidak ingin menonjolkan diri perlu ditekankan, pembentukan watak perlu menjadi prioritas dalam setiap lokakarya, dengan cara memberikan lebih banyak waktu untuk membahasnya, bukannya dengan mengganti materi dengan ajaran yang lain. Mari kita bersama-sama kembali ke ajaran dan teknik-teknik penyembuhan yang murni, karena setelah dilakukan eksperimen,memang cara itulah yang paling efektif. Tetapi dalam menjaga kemurnian ajaran ini kita juga jangan sampai menjadi terlampau fanatik.

Penyembuhan prana hadir dalam satu paket: Ada konsep-konsep dasar, antara lain aura, cakra, penumpukan pengurasan, energi berpenyakit dan sebagainya, kemudian ada teknik-teknik, antara lain penyapuan setempat, penyapuan umum, pemberian energi dan sebagainya, ditambah lagi dengan Meditasi Jantung Kembar, karma dan pembentukan watak, bagian inilah yang terutama harus dilakukan dengan benar dan secara murni. Kemudian ada aplikasi, di sinilah ilmu dan seni mulai berperan, walaupun secara umum dari luar penyembuhan yang dilakukan nampaknya sama, tetapi prana yang diberikan, visualisasi dan doanya bisa berbeda.

Seperti dalam sambutan ketua YPI dalam konvensi daerah di Semarang beberapa tahun yang lalu, yang lebih kurang intinya adalah sebagai berikut: Ada dua benang merah yang membatasi jalur yang di jalani para Penyembuh Prana, agar tetap murni, sebaiknya kita tidak menyeberangi benang merah tadi, benang merah yang satu adalah pembatas bagi “ekstrim kiri”* yang cenderung mengambil teknik dan ilmu apapun untuk digabungkan dengan Penyembuhan Prana, kalau itu terlalu banyak dilakukan, kita bisa menyeberangi benang merah tadi dan menjadikan penyembuhan prana tidak murni lagi, bahkan menjadi ilmu penyembuhan yang lain sama sekali. Benang merah di sisi yang lain adalah pembatas bagi “ekstrim kanan”*, mereka terlalu ketat, terlalu kukuh dan terlalu peduli dengan kemurnian ajaran penyembuhan prana, sehingga tidak berani berimprovisasi, mereka menjadi terlampau kaku. Takut kalau sampai menyeberangi benang merah. Ini tentu saja juga tidak di harapkan, agar kita bisa maju, kita harus mau “melirik” ilmu penyembuhan lain, mengetahui apa kelebihannya, kalau itu sejalan dengan Penyembuhan Prana, tentu kita harus berani sedikit mengadopsinya, atau paling tidak menjadikannya sebagai pembanding.

Tetapi seperti contoh-contoh di atas, kita kebanyakan lebih cenderung untuk menjadi ekstrim kiri, yang cenderung mengambil apa saja yang menurut kita bisa membantu. Atau sekedar merubah gayanya sesuai selera sendiri. Agar tampil beda?

Kita tidak perlu menjadi “ekstrim kanan,” tetapi sebagai seorang yang mempraktekkan Penyembuhan Prana, memang seharusnya kita menjaga kemurniannya, menjaga efektifitasnya dan menjaga agar para alumni yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia tetap memiliki teknik penyembuhan yang sama, yaitu Ilmu dan Seni Penyembuhan Prana Master Choa Kok Sui.

Sekali lagi marilah kita kembali ke asal, “Go Back to Basic!!!”

----------

No comments: